Mohon tunggu...
KKN 220 Pocangan Jember
KKN 220 Pocangan Jember Mohon Tunggu... Penulis - KKN Kolaboratif PT Se-Kabupaten Jember

KKN Kolaboratif 220 Pocangan Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

KKN Kolaboratif Se-Kabupaten Jember: Potensi Pertanian Desa Pocangan, dari Tembakau hingga Tebu

22 Agustus 2022   10:46 Diperbarui: 22 Agustus 2022   10:47 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pocangan merupakan salah satu desa di Kecamatan Sukowono, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Desa ini memiliki wilayah persawahan hingga 2/3 dari luas keseluruhan wilayah desa. Tak heran jika warganya mayoritas bekerja sebagai buruh maupun pemilik sawah atau perkebunan. Sebagian penduduknya menggantungkan hidup dari hasil bertani. Terdapat beberapa komoditas pertanian, seperti tembakau, padi, sawi, jagung, dan tebu. Namun untuk komoditas utamanya yaitu padi.

Menurut salah satu perangkat desa yang sekaligus seorang petani tebu, hasil pertanian dikirimkan langsung ke pabrik secara mandiri oleh petani. “Saya juga petani tebu, kalau untuk pemasaran biasanya langsung ke pabrik,” kata Sulthon pada Jumat (19/08).

Hasil pertanian dikirim ke berbagai tempat, misalnya untuk tebu dikirim ke pabrik gula di Prajekan, untuk padi ke pabrik dua anak di wilayah Kalisat, cabai dikirim ke belandang, jagung dikirim ke Aceng, tembakau ke gudang Djarum, Sampoerna dan Apache. “Tebu itu dikirim ke Prajekan, padi ke dua anak di Kalisat, cabai ke belandang, jagung ke aceng, tembakau ke gudang djarum, sampoerna dan apache,” Ucap Sulthon.

Menurut Sulthon kendala yang dihadapi warga Pocangan yaitu musim yang tidak menentu sehingga mengakibatkan kualitas hasil tani menurun. Misalnya pada kualitas daun tembakau. “Kalau kendala itu musim, panas, hujan, bikin daunnya tidak bagus,” kata Sulthon.

Selain itu kendala yang dihadapi mengenai pengadaan pupuk. Karena mayoritas petani di Pocangan menggunakan pupuk berjenis ZA, namun pupuk tersebut sudah ditiadakan dari jenis pupuk yang bersubsidi. Sehingga pupuk ZA memiliki harga yang relatif tinggi berangkat dari hal tersebut petani harus memutar otak mencari alternative lain yaitu dengan menggunakan pupuk cair yang berasal dari limbah tebu. Namun menimbulkan bau yang menyengat.

Sulthon sebagai salah satu petani berharap agar ketersediaan pupuk stabil, sehingga petani tidak kebingungan mencari alternative lain, serta hasil pertaniannya dapat meningkat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun