Mahasiswa KKN kelompok 182 menghadiri sebuah acara yang diberi nama Rasulan. Tradisi Rasulan ini masih tetap lestari di Dusun Krajan Desa Sukasari Kabupaten Subang, Jawa Barat. Tradisi ini merupakan acara atau tradisi yang unik untuk masyarakat di daerah tersebut, terutama yang berada di sekitar garis pantai utara Jawa. Tradisi ini bisa melibatkan elemen-elemen budaya dan agama setempat, dan mungkin telah berkembang dari waktu ke waktu dengan pengaruh dari masyarakat setempat. Jum'at (14/07/2023)
Tradisi rasulan dimaknai sebagai ekspresi rasa syukur warga terhadap kelahiran atau hadirnya anak  sebagai anggota mereka di komunitas atau masyarakat mereka, atau bentuk rasa syukur akan dilaksanakannya resepsi pernikahan. Tradisi Rasulan sendiri telah ada kurang lebih semenjak tahun 1800-an, yang mana tradisi ini dilakukan tiap kali anak perempuan lahir ke dunia, pernikahan.Â
Asal muasal tradisi rasulan juga ditunjukan telah dipraktikan oleh masyarakat Pantura, bahkan tak jarang bahwa masyarakat setempat pun tetap melakukan tradisi ini karena dasar nilai-nilai keagamaan. Selain karena rasa syukur, warga setempat mengklaim juga bahwa praktik ini juga dapat menyucikan anak perempuan yang dikhitan. Fakta kebudayaan dan sejarah ini aktual dan merupakan fakta yang terjadi di masyarakat, terlepas dari kontroversi yang ada seputar khitan perempuan.
Tradisi yang dipraktikan pun kurang lebih terjaga, alias tidak ada perubahan secara spesifik terkait praktik dan prosesi ritual yang dilaksanakan. Prosesi tersebut dimulai dengan ibu-ibu yang mulai mempersiapkan berbagai makanan yang akan dihidangkan untuk para tamu undangan. Masakan ini disiapkan di dapur publik atau dapur umum, yang biasanya ada di belakang Balai Musyawarah kampung. Tidak hanya ibu-ibu yang terlibat, akan tetapi para bapak-bapak pun ikut berpartisipasi dalam persiapan acara rasulan, di mana mereka biasanya membuat hiasan-hiasan seperti janur kuning atau yang biasa disebut sebagai nyawen. Nyawen ini sendiri akan diletakan atau dipasang didepan pintu masuk perkampungan masyarakat setempat demi memperindah gapura sebagai gerbang masuk orang-orang.
Adat rasulan khitanan di pantura Subang, Jawa Barat, adalah tradisi khitanan yang dirayakan dengan meriah oleh masyarakat setempat. Berikut adalah beberapa informasi mengenai adat rasulan khitanan di Pantura Subang:
1. Rasulan Khitanan: "Rasulan" adalah istilah dalam bahasa Sunda yang mengacu pada perayaan atau acara meriah. Rasulan khitanan adalah acara perayaan yang diadakan ketika seorang anak laki-laki menjalani proses khitan atau sunat.
2. Persiapan Acara: Sebelum acara rasulan khitanan, keluarga anak yang akan disunat akan menyiapkan segala sesuatu dengan cermat. Persiapan termasuk menyajikan hidangan khas, menyiapkan hiasan, dan mengundang sanak saudara serta tetangga untuk hadir dalam acara tersebut.
3. Acara Meriah: Rasulan khitanan di Pantura Subang biasanya diadakan dengan suasana meriah. Diiringi dengan musik Sunda tradisional, tarian, dan pertunjukan kesenian lainnya. Biasanya ada juga hiburan seperti wayang golek atau ludruk (teater tradisional).
4. Pesta Makanan: Salah satu bagian penting dari rasulan khitanan adalah pesta makanan. Menu yang disajikan biasanya beragam, termasuk hidangan khas Sunda seperti nasi liwet, ayam goreng, sate, dan berbagai jenis kue tradisional.
5. Pemberian Hadiah: Selama acara rasulan khitanan, anak yang disunat akan diberikan hadiah atau uang oleh kerabat dan tamu yang hadir sebagai bentuk ucapan selamat.
6. Nilai Budaya dan Tradisi: Rasulan khitanan adalah bagian dari tradisi budaya masyarakat Sunda di Pantura Subang yang diwariskan dari generasi ke generasi. Acara ini memiliki makna mendalam dalam menjalin hubungan sosial dan memperkuat ikatan keluarga.
Adat rasulan khitanan di Pantura Subang adalah momen bersejarah dalam hidup seorang anak laki-laki dan dianggap sebagai peristiwa yang penting dalam masyarakat setempat. Melalui perayaan ini, keluarga dan masyarakat menghormati tradisi dan menjaga kebersamaan serta keharmonisan dalam lingkungan mereka.