Kelompok Mahasiswa KKN UMD 182 UNEJ Tahun 2023 di Desa Bedayutalang Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang
Â
Hari Kamis (03/08/2023), KKN UMD 182 UNEJ lakukan kegiatan sambang desa di Desa Bedayutalang, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Kegiatan sambang desa ini dilakukan di beberapa tempat pengrajin tempeh. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempererat tali silaturahmi dengan masyarakat sekaligus mempelajari secara mendalam terkait cara pembuatan tempeh. Tidak hanya mengunjungi saja, mahasiswa KKN UMD 182 UNEJ juga turut membantu membuat kerajinan tempeh, dari mulai menganyam hingga melakukan pengeboran untuk membuat lubang tali tempeh.Â
Tempeh sendiri merupakan suatu alat yang banyak digunakan oleh orang-orang zaman dulu bahkan orang-orang zaman sekarang untuk menampi yaitu membersihkan beras dari kotoran-kotoran padi yang masih tertinggal. Di beberapa tempat di Indonesia tempeh sendiri masih menjadi salah satu peralatan rumah tangga yang wajib ada termasuk di Desa Bedayutalang. Pengrajin tempeh yang ada di Desa Bedayutalang terdiri dari 6 orang dan beberapa diantaranya sudah berusia lanjut. Bahkan menurut salah satu pengrajin tempeh yaitu Bapak Kusnandar mengatakan bahwa "Saya sudah mulai membuat tempeh dari mulai tahun 1960 sampai sekarang jadi sudah lama, kalau zaman dulu masih saya jual sendiri kalau sekarang sudah ada pengepulnya".
Tempeh yang dihasilkan oleh pengarajin tempeh di Desa Bedayutalang ini memiliki keunikan tersendiri dibandingakan dengan tempeh yang ada di daerah lainnya. Jika biasanya tempeh dianyam dengan anyaman yang rapat agar butiran beras tidak terjatuh pada saat penampian, namun tempeh Bedayu Talang ini ada yang secara khusus dibuat dengan anyaman yang berongga-rongga. Anyaman berongga ini sengaja dibuat karena fungsinya bukan untuk menampi beras melainkan untuk menampi kapulaga. Kapulaga sendiri merupakan tanaman khas desa yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Bedayutalang. Hal ini karena iklim serta tanah di desa ini cocok untuk ditanami kapulaga. Dengan banyaknya kebutuhan masyarakat desa terkait jenis tempeh ini sehingga banyak para pengrajin tempeh Bedayutalang membuat jenis tempeh berongga. Rongga-rongga yang dibuat secara khusus ini berfungsi untuk memudahkan kulit serta kotoran-kotoran dari kapulaga terjatuh mengingat bentuk dari kapulaga yang lebih besar dari beras sehingga rongga-rongga tempeh dibuat lebih besar. Jenis bambu yang digunakan untuk membuat tempeh ini juga bukan sembarang bambu, malainkan bambu khusus yaitu bambu tali. Bambu tali ini digunakan karena bahannya yang lebih lentur dibandingkan dengan jenis bambu lainnya sehingga mudah untuk dibentuk menjadi tempeh.
Pembuatan tempeh ini dimulai dengan membuat anyaman bambu sebagai media tengah dari tempeh, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan bagian pinggiran tempeh dengan menggunakan bambu yang dibuat lebih tebal dibandingkan dengan bambu anyaman sehingga bentuk pinggiran tempeh menjadi lebih kekar. Selanjutnya anyaman tempeh yang sudah dibuat tadi dipotong dengan menyesuaikan ukurannya untuk selanjutnya dilekatkan dengan bagian pinggiran. Sebagai finishing bagian pinggiran tempeh diberikan lubang sebagai tempat tali pada tempeh. Tempeh bedayutalang baik itu tempeh biasa maupun tempeh berongga memiliki harga yang sama yaitu per bijinya dibandrol dengan harga 10.000 dari pengrajin, namun jika sudah di pengepul akan dijual dengan harga 15.000. Dalam sekali produksi para pengrajin dapat membuat tempeh sebanyak 100 tempeh dalam satu minggu sekali. Pemasaran tempeh bedayutalang ini dilakukan secara offline yaitu melalui pasar maupun juga dijual langsung secara berkeliling dan penjualannya pun mencapai dibeberapa daerah di Kabupaten Lumajang seperti Jatiroto dan sekitarnya. Harapannya penjualan dari tempeh bedayutalang ini tidak hanya dijual di Kabupaten Lumajang saja, namun juga dijual di seluruh wilayah yang ada di Indonesia. Dengan demikian, nama Bedayutalang dapat dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia dengan keunikan kerajinan tempehnya.
Â
Â
Reporter: Alfafan dan Anas