Stunting merupakan gangguan atau masalah gizi kronis yang diakibatkan dari kurangnya asupan gizi dalam kurun waktu lama. Ciri-ciri yang dapat diamati pada anak seperti tinggi badan pendek, berat badan rendah, proporsi tubuh lebih kecil, dan pertumbuhan tulang tertunda untuk anak seusianya. Banyak pula dampak apabila anak mengalami stunting yang dapat mempengaruhi kemampuan mental, belajar, prestasi, dan sistem imunitas tubuh anak menjadi rentan.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor kurangnya gizi kronis, kurangnya asupan protein, perubahan hormon, dan riwayat infeksi pada awal kehidupan anak. Kejadian stunting dapat didorong pula dengan kurangnya pengetahuan ibu terhadap kebutuhan gizi selama kehamilan dan pasca melahirkan yakni saat merawat sang anak.
Lebih tepatnya menurut Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dari Kementerian Kesehatan menyebutkan jumlah kasus stunting balita tertinggi di Jawa Timur ditempati oleh Kabupaten Jember pada tahun 2022. Berdasarkan data yang ada di Desa Sukorambi, kami menemukan bahwa angka kejadian stunting masih cukup tinggi. Kegiatan posyandu masih berjalan dengan baik sehingga seluruh data perkembangan anak sangat tercatat dan terpantau dengan baik pula.
Namun, angka tersebut menjadi sebuah tanda tanya mengapa angka tidak mengalami penurunan. Kami berdiskusi dengan kader yang terlibat di Desa Sukorambi, yaitu dengan Ibu Estin selaku ketua KPM. Beliau menyampaikan penyebab tingginya angka stunting di Desa Sukorambi dikarenakan pendataan yang cukup ketat. Dengan demikian, kami dengan seluruh anggota KKN-Kolaboratif berencana untuk masuk ke dalam kegiatan yang ada di masyarakat terutama yang beranggotakan ibu-ibu, seperti pengajian.
Pada hari Senin, 24 Juli 2023 kami memohon izin kepada ketua pengajian di Dusun Krajan untuk masuk ke kegiatan pengajian rutin. KKN-Kolaboratif 159 memberikan sosialisasi kepada masyarakat di Desa Sukorambi lebih tepatnya di Dusun Krajan terkait stunting. Kegiatan ini dilakukan pada minggu kedua setelah penerjunan yakni pada hari Selasa, 25 Juli 2023 dengan memasuki kegiatan ibu-ibu pengajian. Penyuluhan tersebut ditujukan kepada ibu-ibu baik ibu yang belum menikah, baru menikah, sedang hamil, yang memiliki anak, maupun lansia.
Pemilihan target sasaran edukasi disesuaikan dengan peran terbesar yang andil dalam proses tumbuh kembang anak. Pada kesempatan tersebut kami menjelaskan kepada masyarakat tentang apa itu stunting, penyebab, dampak, hingga cara mencegah stunting agar tidak terjadi pada anak-anak.
Pada awal penyampaian materi, kami menemukan bahwasannya masih cukup banyak ibu-ibu yang belum mengetahui apa itu stunting. Selama penyuluhan, kami mengajak ibu-ibu untuk berinteraksi dengan melontarkan beberapa pertanyaan ringan tentang apa itu 1000 HPK dan pertanyaan lainnya. Ibu-ibu tampak antusias dan bersemangat karena adanya hadiah atau doorprize apabila berani menjawab. Pada akhir penyuluhan kami mencoba mengetes pemahaman ibu-ibu tentang mitos atau fakta yang masih berkembang di masyarakat.
Pertanyaan mitos atau fakta berupa pemberian pisang pada bayi berusia 6 bulan ke atas dan pemberian asi pertama dari ibu. Tanpa disangka mitos tersebut masih melekat pada pemahaman beberapa ibu-ibu. Kami berusaha meluruskan terkait mitos tersebut sehingga pemahaman ibu-ibu menjadi lebih baik. Secara keseluruhan kegiatan, kami puas terhadap respon positif dari target sasaran penyuluhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H