Situbondo- Melalui Sosialisasi Giat Bersih Sampah yang dilakukan pada 29 Juli 2023, Mahasiswa KKN 155 Universitas Jember mengajak warga Desa Tokelan untuk sadar akan pentingnya pemilahan dan pengolahan sampah. Bertempat di Balai Desa Tokelan dan dihadiri oleh delapan belas (18) warga Tokelan yang terdiri dari perwakilan lima dusun, meliputi Dusun Barat, Dusun Tengah, Dusun Selatan, Dusun Patrol, dan Dusun Krajan. Dalam sambutannya, Bapak Misuri selaku Kepala Desa Tokelan, mendukung mengapresiasi kegiatan yang telah diprogramkan oleh kelompok 155 KKN Universitas Jember.
"Saya sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan ini. Dengan adanya sosialisasi ini saya berharap dapat menjadi solusi dari permasalahan sampah yang ada di Desa Tokelan dan kegiatan ini akan terus berjalan setelah kegiatan KKN ini berakhir."
Tujuan dari diadakannya "Sosialisasi Giat Bersih Sampah" yaitu untuk memanfaatkan dan mengurangi sampah organik, menciptakan lingkungan hidup yang bersih dan sehat, serta mengedukasi warga terkait pentingnya pengolahan sampah organik. Sosialisasi ini berisi tentang bagaimana cara memilah sampah sesuai jenisnya dan bagaimana cara mengolah sampah organik menggunakan Lalat BSF (Black soldier fly).
Â
Setelah melakukan survei selama seminggu, kelompok 155 menemukan fakta bahwa sampah dari masyarakat dikumpulkan setiap pagi oleh petugas yang disediakan oleh desa dan dibawa ke kontainer sampah. Pengangkutan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dilakukan oleh DLH Situbondo setiap 3-4 hari sekali. Kelompok 155 mengusung materi pemilahan sampah dan pengolahan sampah organik berdasarkan fenomena yang terjadi di Desa Tokelan yakni belum adanya pemilahan dan pengolahan sampah yang dilakukan oleh warga desa sehingga sampah hanya dibuang dan tercampur antara sampah organik dan anorganik.
Pemilahan sampah merupakan skema pengelompokan sampah berdasarkan jenisnya yang memudahkan proses pengolahan sampah sehingga bermanfaat bagi warga. Pelaksanaan sosialisasi "Giat Bersih Sampah" tidak hanya berisi pemaparan materi tetapi juga demonstrasi bagaimana pemilahan sampah yang benar dan tepat. Berdasarkan jenisnya, sampah dibedakan menjadi empat, yakni sampah organik, sampah anorganik, sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan sampah kertas.
Langkah pertama yang dilakukan oleh mahasiswa KKN 155 Universitas Jember sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan sampah yang terdapat di Desa Tokelan yaitu dengan mengedukasi pentingnya pemilahan sampah.Setelah mengedukasi warga terkait pemilahan sampah, mahasiswa KKN 155 Universitas Jember juga memberikan solusi, yaitu pengolahan sampah organik melalui budidaya Lalat BSF. Lalat BSF memiliki ciri fisik yang hampir mirip dengan lebah. Lalat ini disebut juga dengan lalat tentara hitam yang mempunyai 1000 manfaat. Hal tersebut karena keseluruhan bagian tubuh dari siklus hidupnya mulai dari larva, larva dewasa, prepupa, pupa dan lalat dewasa dapat dimanfaatkan.
Â
Pengolahan sampah organik melalui budidaya lalat BSF efektif diterapkan bagi warga karena mudah didapat dan harganya yang relatif murah. Selain itu, lalat BSF mempunyai kemampuan dekomposisi sampah organik lebih baik dibandingkan dengan cacing tanah sehingga cocok dikembangkan sebagai agensia pengomposan. Lalat BSF yang dapat digunakan untuk membantu penguraian sampah organik yaitu ketika masih berbentuk larva (maggot). Kelebihan penggunaan larva (maggot) untuk pengolahan sampah organik, yaitu proses penguraian sampah organik yang relatif cepat dan menghasilkan pupuk tanpa perlu fermentasi (kasgot). Jenis sampah organik yang dapat diuraikan larva (maggot) lalat BSF, meliputi sampah sisa dapur, sampah sisa pertanian (buah-buahan atau sayur yang gagal panen) dan kotoran ayam. Kotoran dari larva (maggot) lalat BSF dapat digunakan untuk menggantikan pupuk anorganik yang biasanya digunakan oleh petani. Larva (maggot) lalat BSF juga dapat digunakan sebagai pengganti pakan ternak terutama jenis unggas dan ikan karena mengandung protein lebih tinggi dibandingkan pakan ternak komersial yaitu sebesar 40-50%.
Warga Desa Tokelan mengikuti sosialisasi dengan semangat dan antusias. Ketika acara berlangsung Mahasiswa KKN 155 mendemontrasikan bagaimana cara yang tepat untuk membuat media pertumbuhan larva (maggot) lalat BSF. Warga diperkenankan maju untuk melihat lebih dekat proses pembuatan media pertumbuhan larva (maggot) lalat BSF dan dapat langsung bertanya apabila terdapat bagian yang kurang dipahami. Selain melakukan sosialisasi dan demontrasi, Â kelompok KKN 155 juga menyediakan larva (maggot) lalat BSF beserta media pertumbuhan bagi warga yang berminat untuk membudidayakan larva (maggot) lalat BSF secara mendiri. Nantinya, kelompok KKN 155 akan memberikan pendampingan secara berkala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H