pertanian bertanggung jawab dalam menjaga stabilitas ketahanan pangan. Keberlanjutan produksi pertanian dihadapkan pada berbagai permasalahan lingkungan. Menurut de Souza, dkk (2016), dampak dari permasalahan lingkungan antara lain perubahan iklim dan degradasi lingkungan seperti kehilangan kapasitas produksi tanah, menurunnya keragaman biodiversitas, kerusakan pasokan dan kualitas air. Peningkatan produksi beras nasional telah dilakukan dengan intensifikasi maupun ekstensifikasi. Cara intensifikasi dilakukan dengan perbaikan teknik budidaya seperti pemupukan. Tetapi, permasalahan yang timbul saat ini nyatanya di lapangan, lahan sawah mengalami penurunan hasil tingkat produktivasnya. Penyebab dari permasalahan tersebut ialah penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan dan dilakukan secara intensif. Penggunaan pupuk organik yang sering terabaikan dan dianggap terlalu rumit serta memerlukan waktu yang lama dalam proses pembuatannya mengakibatkan bahan organik tanah menurun. Beberapa penyebab menurunnya kadar bahan organik tanah sawah, antara lain petani menggunakan pupuk anorganik saja, penggunaan pupuk organik dilakukan secara intensif selama lebih dari 30 tahun yang menyebakan soil sickness (tanah sakit) dan inefisiensi penggunaan pupuk anorganik, pembakaran jerami dan pemindahan jerami ke luar lahan.
SektorUniversitas Jember ikut serta dalam mengatasi permasalahan para petani khususnya di wilayah Desa Bukor, Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso dengan menerjunkan mahasiswa KKN UMD Kelompok 10. Mahasiswa KKN UMD Kelompok 10 mengusung program kerja tentang praktik pembuatan pupuk organik kandang dari kotoran sapi. Alasan program kerja itu diangkat ialah di wilayah KKN, minimnya penggunaan pupuk organik di lahan-lahan pertanian di Desa Bukor dan pengurangan subsidi pupuk anorganik dari pemerintah di beberapa tahun terakhir. Kelangkaan pupuk ini menyebabkan kurang optimalnya proses budidaya dan kenaikan harga pupuk anorganik yang dapat merugikan petani. Program kerja yang diusung oleh mahasiswa KKN dibantu oleh tim Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) serta para masyarakat yang antusias dalam mengikuti sosialisasi dan praktik pembuatan pupuk organik kandang yang nantinya bisa diaplikasikan oleh masyarakat. Dalam pembuatan pupuk organik kandang bahan-bahan yang digunakan ialah kotoran sapi yang telah dikeringkan, tetes tebu (molase), bioaktivator (EM4), sekam/arang sekam, bekatul, air bersih bukan PDAM.
Penggunaan bahan organik menjadi salah satu kunci keberlanjutan produksi dalam sistem pertanian ramah lingkungan yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas tanah, memeprbaiki fungsi ekologis, mitigasi perubahan iklim global dan sumber keragaman biodiversitas (de Tombeur,dkk.2018). Sistem pertanian terpadu dikembangkan untuk membantu dalam memperbaiki kualitas lingkungan, kebelanjutan agronomis, dan viabilitas sosial ekonomi masyarakat (de Soza, dkk. 2016). Kualitas tanah menjadi poin utama pertanian berkelanjutan. Sistem ini memadukan komponen-komponen yaitu keberlanjutan peningkatan produktivitas tanaman pangan dan pendapatan masyarakat, penguatan ketahanan terhadap perubahan dan keragaman iklim, pertanian ramah iklim, pengapliksian pupuk organik sebagai komponen teknologinya. Â
Sumber :
Simanjuntak, A., Lahay, R. R., & Purba, E. (2013). Respon pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap pemberian pupuk NPK dan kompos kulit buah kopi. Jurnal Agroekoteknologi Universitas Sumatera Utara, 1(3), 94785.
Wihardjaka, A. (2021). Dukungan pupuk organik untuk memperbaiki kualitas tanah pada pengelolaan padi sawah ramah lingkungan. Jurnal Pangan, 30(1), 53-64.
Murnita, M., & Taher, Y. A. (2021). Dampak Pupuk Organik Dan Anorganik Terhadap Perubahan Sifat Kimia Tanah Dan Produksi Tanaman Padi (Oriza Sativa L.). Menara Ilmu, 15(2).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H