Desa Dukuh Mencek merupakan desa yang ada di Kecamatan Sukorambi, Jember, Jawa Timur. Salah satu ikon dari desa ini adalah Air Minum Ampo yang pabriknya terletak di Dusun Ampo. Dengan jarak yang tidak jauh dari kota, desa ini masih dapat terbilang cukup maju masyarakatnya.
Sebagian besar masyarakat di desa ini bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang. Hal ini dibuktikan dengan adanya pusat penjualan seperti pujasera,minimarket, serta GAPOKTAN yang mewadahi para petani tanaman pangan seperti petani padi dan jagung.
Jika kita menyusuri lebih dalam desa ini maka kita akan menemukan banyak kebun bambu. Banyak masyarakat yang memanfaatkan pohon bambu sebagai sumber penghasilan. melihat potensi yang ada tim 161 KKN Kolaboratif berinisiatif untuk mengunjungi rumah produksi tusuk sate Bu Mul.
Usaha tusuk sate milik Bu Mul telah berdiri kurang lebih 10 (sepuluh) tahun yang lalu. usaha ini dikelola oleh Bu Mul dan keluarga. Tusuk sate yang diproduksi telah didistribusikan di dalam kota Jember dan luar kota Jember, seperti Banyuwangi dan pernah sampai ke Pulau Bali.
Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali produksi kurang lebih seminggu. Untuk bahan baku yang digunakan biasanya Bu Mul membelinya pada orang sekitar yang mempunyai kebun bambu dengan harga Rp. 30.000.
Teknik produksi yang digunakan masih secara manual dengan pisau maupun cutter. Selain tusuk sate dengan harga Rp.11.000/ikat, Bu Mul juga memproduksi tusuk sempol dengan harga Rp.12.000/ikat, tusuk telur gulung dengan harga Rp. 8.000/ikat, dan lain sebagainya. Walaupun sempat mengalami penurunan penjualan saat pandemi namun usaha Bu Mul saat ini bisa kembali berkembang.
“Dulu saat musim penyakit corona konsumen di Bali tidak membeli lagi. Bahkan tusuk sate yang tidak terjual itu rusak”, ujar Bu Mul.
Di Desa Dukuh Mencek, tanaman bambu dianggap sebagai tanaman biasa yang hanya dapat dimanfaatkan bambunya jika sudah besar, salah satunya sebagai tusuk sate, sempol, telur gulung, dan lain sebagainya. Banyak masyarakat belum tahu, bahwa limbah dari daun bambu memiliki banyak manfaat.
Setelah mengetahui potensi desa yang sudah dilakukan. Kami dari tim 161 KKN (Kuliah Kerja Nyata) Kolaboratif 2022 ingin memanfaatkan daun bambu yang berserakan/yang tidak terpakai oleh pemilik bambu (Bapak Herul), agar tidak menjadi limbah.