Mohon tunggu...
KKN Kolaboratif 048
KKN Kolaboratif 048 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kelompok mahasiswa KKN Kolaboratif Kelompok 48 berlokasi di Desa Harjomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember pada tahun 2023

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kelompok 048 KKN Kolaboratif UNEJ-UIJ-UNIPAR Lakukan Pendekatan Masyarakat pada Minggu Pertama

24 Juli 2023   01:00 Diperbarui: 24 Juli 2023   01:01 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harjomulyo – Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu program yang dibentuk oleh setiap perguruan tinggi sebagai implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepedulian mahasiswa kepada masyarakat sekitar melalui penyusunan penyelesaian masalah.  Tidak terkecuali, Universitas Jember menerapkan program KKN dengan pembagian tematik dan kolaborasi. Untuk bagian tematik dilaksanakan diluar Jember dan untuk kolaborasi dilaksanakan di daerah Jember. Kolaborasi sendiri merupakan gabungan dari beberapa universitas untuk menyusun program yang akan diimplementasikan ke suatu desa. Diantaranya Universitas Jember, UPN Veteran Jawa Timur, Universitas Islam Jember dan lain – lain. Di hari senin kemarin (17/07/2023) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) telah menerjunkan sebanyak 3500 mahasiswa KKN Kolaboratif #2. Di antara ribuan mahasiswa tersebut LP2M telah membagi ke dalam ratusan kelompok, salah satunya kelompok 048 yang ditempatkan di Desa Harjomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember. Selain itu, terdapat 10 kelompok yang ditempatkan di kecamatan yang sama. Kelompok 048 sendiri dibawah tanggung jawab drg. Vanda Ramadhani, Sp.Ort.

            Setelah upacara selesai, mahasiswa langsung mempersiapkan barang – barang yang akan dibawa ke posko desanya masing – masing. Mahasiswa diarahkan untuk menuju ke kecamatan untuk penerimaan di Kecamatan tersebut. Pada hari itu, dimana mahasiswa berkumpul di pendopo kecamatan setempat, mahasiswa mendapatkan beberapa informasi mengenai desa yang ada di kecamatan tersebut. Seperti permasalahan di desa, potensi yang dapat dimaksimalkan, dan sebagainya. Disana mahasiswa juga diberi wejangan dari pengurus camat mengenai hal – hal yang sebaiknya dihindari Ketika mahasiswa mulai menempati di daerahnya masing – masing. Acara pada hari itu ditutup dengan diskusi dosen pembimbing dengan mahasiswanya di balai desa masing – masing.

            Sebelum penerjunan, mahasiswa telah mendapat pembekalan yang dilaksanakan pada tanggal 4 s.d 7 Juli 2023 mengenai inti kegiatan. Dimana pembekalan tersebut bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi agen perubahan dan pendongkrak bagi masyarakat agar Bersama – sama berperan aktif dalam memajukan bangsa. Ketika pembekalan, mahasiswa juga diajarkan untuk membentuk konsep penyusunan masalah berdasarkan Sustainable Deveopment Goals (SDGs) desa yang kemudian disusun dalam Business Model Canvas (BMC) menjadi poin – poin penting yang lebih sederhana. Mahasiswa hanya menjalankan program utama berdasarkan BMC yang telah mereka rencanakan. Selain itu, mahasiswa diperbolehkan untuk membentuk program baru Ketika program utama sudah berhasil ditentukan dibawah batas waktu yang ditetapkan. Desa Harjomulyo sendiri memiliki nilai SDGs rendah pada kategori Konsumsi dan Produksi Desa Sadar Lingkungan serta Desa Tanggap Perubahan Iklim. Berdasarkan hasil survey pertama, permasalahan yang lebih tampak pada desa tersebut ialah kebersihan dan kesadaran lingkungan desa.

            Desa Harjomulyo adalah Desa yang terletak di Kecamatan Silo, Kabupaten Jember. Desa tersebut terdiri dari beberapa Dusun diantaranya Dusun Jalinan, Dusun Sumberlanas Barat, Dusun Sumberlanas Timur, dan Dusun Sumberwadung. Tiap dusun memiliki bidang mata pencaharian yang berbeda. Bagian utara berfokus pada perkebunan (kopi, tebu, karet dan jagung) sedangkan bagian selatan berfokus pada kerajinan (krei bambu). Dahulu sebelum tebu memasuki komoditas Desa Harjomulyo, coklat menjadi bagian dari hasil kebun masyarakat setempat. Akan tetapi, sekarang telah diganti menjadi ladang tebu saja. Untuk pengolahannya sendiri dikerjakan langsung oleh warga, pengecualian tebu akan dikirim ke bondowoso untuk diolah kembali.

Pada minggu pertama setelah penerjunan, kelompok 048 telah memfokuskan pekerjaan pada pendekatan masyarakat. Mulanya pendekatan terlebih dahulu dilakukan dengan kepala desa, dan jajaran perangkat desa yang lainnya. Pendekatan ini tergolong penting karena tanpa pendekatan maka akan ada kecanggungan dalam melakukan koordinasi mengenai progam-program kerja yang akan dilakukan kedepannya. Pendekatan yang dilakukan masyarakat sekitar selain dengan perangkat desa adalah dengan melakukan silaturrahmi dari rumah ke rumah, bahkan ada pula mahasiswa yang melakukan pendekatan Ketika mereka mencuci baju di sumber mata air ataupun mahasiswa yang mengikuti acara pengajian rutinan di mushola terdekatnya. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa pendekatan tidak harus melalui hal – hal yang bersifat resmi. Akan tetapi juga dapat dilakukan dalam kegiatan sehari – hari.

Selain melakukan pendekatan, mahasiswa mulai mencoba mengenali daerah Harjomulyo. Diawali dengan mencari informasi ke kepala dusun mengenai pembagian wilayah dari Desa Harjomulyo sendiri. Empat dusun yang terdapat di Harjomulyo hanya dibatasi dengan sungai, portal, dan gapura penunjuk daerah. Masing – masing dusun dibawahi beberapa RT dan RW. Mahasiswa juga mencari informasi mengenai ketersediaannya posyandu, kelompok pemuda dan komunitas ibu – ibu muslimat. Menurut Luqman (Kepala Dusun Sumberlanas Barat) kelompok – kelompok tersebut pasti ada di setiap dusun. Hanya saja banyak atau sedikitnya kelompok diukur dari banyaknya RT disetiap dusun. Biasanya setiap RT terdapat 1-2 kelompok ibu – ibu muslimat atau PKK. Kemudian pengenalan daerah dilanjutkan dengan pemetaan wilayah Desa Harjomulyo. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa memahami informasi yang diberikan oleh kepala dusun mengenai perbatasan wilayah dusun di Desa Harjomulyo. Pemetaan dilakukan selama dua hari dikarenakan luasnya daerah perdusun. Selama pemetaan mahasiswa dapat mengklarifikasi informasi yang diberikan oleh setiap kepala dusun. Pembagian pemetaan wilayah yang dilakukan oleh mahasiswa juga dibarengi dengan pembagian kelompok yang ditugaskan mengamati setiap daerahnya. Ketika observasi berlangsung, kategori SDGs yang pada awalnya sudah direncanakan memang benar adanya. Sampah yang berserakan, tidak adanya pembuangan sampah (kecil maupun terpusat), sungai yang tercemar, tidak adanya pengelolaan sampah lebih lanjut dan pembuangan yang tidak jelas arahnya kemana. Melihat hal itu, mahasiswa semakin yakin bahwa desa ini perlu dilakukan peremajaan tempat sampah dan pengelolaannya.

Di hari berikutnya mahasiswa melakukan observasi ke perkebunan kopi yang menjadi salah satu kekayaan alam terbesar di desa ini. Tidak hanya dalam perkebunan, tanah kosong milik warga pun ditanami tumbuhan kopi. Tujuannya hasil panen kopi akan dijual ke pabrik dan diolah sama seperti hasil perkebunan kopi yang dimiliki oleh pabrik itu sendiri. Mahasiswa juga melakukan kunjungan ke pabrik kopi dan karet. Didalamnya terdapat masyarakat mayoritas ibu – ibu di bagian sortir kopi dan mayoritas bapak – bapak di bagian pengolahan karet. Jam kerja di pabrik tersebut dimulai dari jam 02.00 WIB dini hari untuk pengambilan karet dan pukul 07.00 WIB untuk penyortiran kopi. Proses penyortiran kopi dibagi menjadi tiga bagian. Bagian satu untuk kopi yang baik sempurna, bagian dua untuk kopi yang berwarna lebih gelap, bagian tiga untuk kopi berwarna hitam dan setengah rusak. Penyortiran dilakukan setelah proses penjemuran selesai. Sebelum masuk ke proses penyortiran kopi segar diambil dari perkebunan. Kemudian dilakukan penjemuran hingga takaran kering sesuai standar. Lalu setelah kering, kopi digiling untuk menghilangkan kulitnya. Kemudian dijemur Kembali hingga biji kopi benar – benar kering. Setelah itu masuk ke tahap penyortiran.

Berbeda dengan pengambilan karet yang memakan waktu lebih lama. Setelah karet mentah terkumpul, karet mentah dicuci dalam sebuah tabung besar yang mengalir langsung ke setiap tempat pencampuran. Tujuan pencampuran adalah karet murni tidak dapat diolah Ketika tidak ada tambahan air (pencampur). Kemudian setelah didapatkan komposisi yang pas saat pencampuran, karet dimasukkan kedalam kotak pencetak dan diberi obat. Setelah itu, karet dibiarkan mengeras dan kemudian menjadi bentuk karet dengan ukuran 100x50x1 cm. Setelah karet tercetak, dilanjutkan dengan proses penggilingan agar tebal karet lebih tipis dan bisa menyatu lebih sempurna. Proses akhir dari produksi karet ini adalah penjemuran hingga berubah warna menjadi coklat.

 

Karet Basah
Karet Basah

Dari segala informasi yang telah kita peroleh pada setiap malamnya telah diadakan evaluasi dan konsolidasi, pada forum tersebut setiap data akan diolah demi menentukan program apa yang paling cocok untuk dapat memecahkan masalah ataupun membawa inovasi yang baru terhadap kehidupan masyarakat Desa Harjomulyo. Selain itu juga akan selalu ada briefing mengenai apa saja yang perlu dilakukan pada esok paginya, sehingga dalam sehari akan ada peningkatan kerja yang bisa dilaporkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun