Stunting telah menjadi isu yang banyak dibicarakan oleh masyarakat. Data-data terkait kasus stunting juga telah banyak diperoleh. Dilansir dari kemkes.id, Menurut Statistik PBB, lebih dari 149 juta (22%) balita di seluruh dunia mengalami stunting, dimana 6,3 juta merupakan anak usia dini atau balita stunting adalah balita Indonesia. Saat ini, prevalensi stunting di Indonesia adalah 21,6%, sementara target yang ingin dicapai adalah 14% pada 2024.Â
Stunting adalah kondisi yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan anak apabila dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Sederhananya, stunting merupakan sebutan bagi gangguan pertumbuhan pada anak.Â
Tidak jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun.
Banyak hal yang diakibatkan ketika seorang anak mengalami stunting. Diantaranya yaitu mengalami gangguan perkembangan otak. Pengaruhnya terlihat pada kemampuan kognitifnya. Mereka akan cenderung sulit mengingat, menyelesaikan masalah, dan terhambat dalam aktivitas yang melibatkan kegiatan mental atau otak. Selain itu, anak yang mengalami stunting juga rentan mengalami penyakit.Â
Oleh karena itu, mahasiswa KKM UIN Malang sadar akan akibat-akibat buruk yang dialami ketika seorang anak mengalami stunting. Sehingga, mahasiswa KKM Kelompok 132 memberikan kontribusinya dalam pencegahan stunting kepada siswa sekolah dasar sebagai tahap edukasi. Masalah yang paling sederhana dan dapat diselesaikan oleh siswa di Sekolah Dasar yaitu terkait sanitasi atau kebersihan lingkungan. Hal ini karena lingkungan yang bersih akan meningkatkan kualitas kehidupan dan energi yang didapatkan dari makanan akan dicerna dan diproses secara sempurna untuk pertumbuhan dan perkembangan, bukan untuk melawan bakteri penyebab penyakit.Â
Mahasiswa KKM UIN Malang kelompok 132 memberikan edukasi tersebut di salah satu SD di Tumpang, yaitu SD Negeri 2 Tumpang. Mahasiswa tidak hanya memberikan edukasi melalui sosialisasi akibat sanitasi buruk terhadap kondisi tubuh stunting. Melainkan, mahasiswa KKM juga mengajarkannya dalam proses belajar mengajar sehari-hari. Sehingga, para mahasiswa memberikan edukasi dan juga materi akademik kepada para siswa. Kegiatan ini berlansung selama 10 hari dimulai pada tanggal 8 - 18 Januari 2024.Â
Warga SD Negeri 2 Tumpang juga sangat antusias menerima para mahasiswa KKM yang membantu dalam proses belajar mengajar serta menerapkan edukasi gaya hidup sehat. Banyak kegiatan-kegiatan yang diterapkan dalam kehidupan sekolah, seperti bagaimana cara yang benar mencuci tangan, penggolongan sampah dan limbah, pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tepat, dan sebagainya. Tidak hanya warga SDN 2 Tumpang, para mahasiswa juga sangat antusias berbagi informasi dan dengan sabar telaten memeberikan edukasi kepada adik-adik.Â
Harapan dari kegiatan ini, yaitu para siswa sadar akan kebersihan lingkungan. Sehingga, tercipta lingkungan sekolah yang sehat dan kegiatan belajar mengajar yang berkualitas.Â
#UIN Malang
#Kuliah Kerja Mahasiswa
#Kelompok 132