" Mengungkap Kearifan Lokal: KKM 175 Berkunjung Serta Belajar Dalam  Proses Pembuatan Dupa di Rumah Pak Eli, Desa Dalisodo"Â
Desa Dalisodo, yang terletak di Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang, merupakan salah satu daerah yang dikenal dengan produksi dupa berkualitas tinggi. Industri dupa di desa ini telah menjadi salah satu penggerak utama perekonomian lokal, dengan banyaknya pabrik yang memproduksi dupa untuk memenuhi permintaan pasar, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Dalam rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Reguler Kelompok 175, kami berkesempatan melakukan survei ke salah satu pabrik dupa terbesar di desa ini, yaitu Rumah Pak Eli. Pabrik ini tidak hanya menjadi ikon industri dupa di Desa Dalisodo tetapi juga menjadi pemasok utama untuk daerah lain, khususnya Bali.
Rumah Pak Eli memiliki kapasitas produksi yang sangat besar, dengan pengiriman rutin sebanyak 6-7 ton dupa setiap minggunya ke Bali. Hal ini menunjukkan tingginya permintaan akan dupa yang dihasilkan oleh pabrik ini. Proses produksi dupa di Rumah Pak Eli melibatkan berbagai bahan baku yang sebagian besar berasal dari alam. Bahan utama yang digunakan untuk membuat dupa adalah batok kelapa, yang diolah menjadi abu. Selain itu, untuk jenis dupa menyan, bahan utamanya adalah kayu menyan dan cagu, yang digiling bersama arang hingga menjadi bahan dasar dupa. Dalam sehari, pabrik ini mampu menghabiskan rata-rata 1 ton bahan utama untuk memenuhi kebutuhan produksinya.
Harga dupanya pun cukup bervariasi. Abu dingin, yang merupakan salah satu hasil olahan, dijual dengan harga Rp. 13.000 per kilogram, sementara abu panas dihargai Rp. 11.000 per kilogram. Menyan garu, yang menjadi bahan penting dalam pembuatan dupa menyan, memiliki harga yang lebih tinggi, yaitu Rp. 26.000 per kilogram. Dengan pengelolaan bahan baku yang efisien, Rumah Pak Eli mampu menghasilkan dupa dalam jumlah besar tanpa mengurangi kualitas produk yang dihasilkan.
Salah satu tantangan dalam proses produksi dupa adalah pengeringan. Proses ini sangat bergantung pada kondisi cuaca. Pada musim kemarau, dupa dapat kering hanya dalam waktu 1 hari, tetapi pada musim hujan, proses pengeringan membutuhkan waktu hingga 3 hari. Meskipun demikian, pabrik ini memiliki manajemen waktu yang baik untuk memastikan produksi tetap berjalan lancar, terlepas dari tantangan cuaca.
Keberadaan Rumah Pak Eli sebagai pabrik dupa terbesar di Desa Dalisodo tidak hanya memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat sekitar tetapi juga menjaga keberlanjutan industri tradisional yang menjadi identitas desa ini. Survei yang dilakukan oleh KKM Reguler Kelompok 175 memberikan wawasan berharga tentang bagaimana sebuah industri lokal dapat berkembang dan berkontribusi pada perekonomian daerah. Kami berharap, melalui kegiatan ini, masyarakat dapat lebih mengenal potensi besar yang dimiliki Desa Dalisodo dan terus mendukung pengembangan industri lokal yang berbasis pada kearifan tradisional.
Dengan komitmen untuk mempertahankan kualitas produk dan efisiensi produksi, Rumah Pak Eli menjadi contoh nyata bagaimana sebuah usaha lokal dapat bertahan dan berkembang di tengah persaingan pasar yang semakin ketat. Survei ini juga menginspirasi kami untuk terus mendukung keberlanjutan industri tradisional sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Penulis: KKM Reguler 175 (Sangga Swadaya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H