Mohon tunggu...
KKK Kosambi
KKK Kosambi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kuliyah Kerja Kemasyarakatan Dari rumah Universitas Islam Syehk Yusuf

KKK - DR UNIS 2021

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjelajahi Kampung Chinese di Desa Cengklong, Kosambi Tangerang

11 September 2021   15:14 Diperbarui: 13 September 2021   15:20 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Cengklong merupakan salah satu desa padat penduduk yang terletak di Wilayah Kecamatan Kosambi, serta pada masa jaman belanda diperkenalkan pemilihan Kepala Desa oleh orang belanda yang ditunjuk langsung oleh Cuta atau kata lain yang di sebut Camat dan orang yang pertama yang mejadi Kepala Desa Cengklong adalah Bapak MDR.NOON sekitar pada tahun 1962 ini

Didesa cengklong terdapat salah satu kampung yang terdiri dari masyarakat keturunan thiong hoa, kampung chinese ini berlokasi di desa cengklong Rw11/Rt21kecamatan kosambi kabupaten banten mempunyai keunikan tersendiri karena mempunya budaya khas yaitu Tari cokek yang diiringi gembang kromong Tarian ini dilakukan setiap beberapa minggu sekali yang diadakan di rumah kawin chinese

Kampung chinese ini terbentuk pada tahun 1928. Tokoh yang terpandang dikampung ini salah satunya adalah Koh Deeng wan, kebanyakan tokoh masyarakat dikampung ini sudah tutup usia yang tersisa hanya keturunan dari masyarakat kampung chinese.

Tempat peribadatan dikampung chinese ini ialah Klenteng yang bernama Kham sie bio, berdiri sejak tahun 2011.

Dokpri
Dokpri
Dimasa pandemi covid - 19 masyarakat kampung chinese mendapatkan bantuan dari Kepala desa yang berupa bantuan sosial (Bansos) di sebar ke beberapa Rt/Rw Setempat, Namun warga kampung chinese  juga terpapar virus covid - 19 yang menyebabkan beberapa keluarga harus isolasi mandiri dan ada keluarga yang harus kehilangan anggotanya karena covid - 19.

Selain itu dimasa pandemi ini warga kampung chinese Selalu memakai masker dan Menjaga jarak pada setiap aktivitasnya.

"tapi disini tetap rukun dan toleransi antara masyarakat chinese dan non chinese hal di dibuktikan dengan saling menghargainya dalam beribadah dan peliharaan hewan merekapun walaupun berkeliaran dijalanan warga disana tidak ada yang keberatan ", Ujar Chong Sun (60) ketua Rt setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun