Berbicara pimpinan bisa siapa saja untuk memimpin, namun yang harus kita kritisi adalah apakah memang dia pantas jadi pimpinan atau apa benar ia memiliki jiwa pemimpin? sebenarnya yang harus kita cari adalah pemimpin yakni orang-orang yang bertanggungjawab dengan segala kesadarannya untuk menjaga amanah yang diberikan kepadanya, yang berani mengambil resiko untuk kepentingan umum meski dirinya sendiri harus menderita.
Kondisi bangsa saat ini adalah krisis pemimpin dan bukan krisis pimpinan. Untuk menjadi pemimpin dibutuhkan waktu yang lama karena memakan proses, jika dibaratkan seperti emas yang terbenam dalm lumpur yang pekat maka harus segera di bersihkan agar memang ia terlihat sebagai barang yang berharga. Proses-proses menuju pemunculan pemimpin-pemimpin bangsa ini yang terkadang tidak jalan, betapa tidak banyak orang yang memang mau untuk lakukan itu.
Bangsa ini sedang butuh pemimpin yang memang sesuai dengan pemahaman yang sama yakni akan dimintai pertanggungjawaban. Tidak ada kata-kata lagi yang harus dikedepankan selain, masihkah kita harus menunggu dipimpin oleh pimpinan yang bukan memiliki jiwa pemimpin? kita harus sama-sama bangkit dari keterpurukan dengan sadar bahwa kita itu pemimpin.
Hari ini dan dimasa depan janganlah kita membicarakan “Ada apa dengan pimpinan atau pemimpin” tetapi hendaknya kita membicarakan “Sudah baikkah kita sebagai orang yang menjadi bawahan atau rakyat terhadap pemimpin atau pimpinan kita”. Kenapa demikian? Karena sebagai generasi pemuda masih saja memiliki ambisi untuk merebut kekuasaan dan padahal jika itu terjadi belum tentu kita dapat bersikap bijaksana.
Kecerobahan atau keteledoran kecil saja dapat membuat satu kehancuran yang sangat besar dalam suatu lembaga, instansi, organisasi, bahkan hingga istana. Apapun itu bentuk kecerobohan baik dari mengungkapkan aib-aib pemimpin bahkan hal yang kecil seperti membicarakan pemimpin itu yang belum tentu benar, maka bisa saja hal itu menjadi pengaruh besar terhadap lawan bicara dan dapat menimbulkan kehancuran. Tetapi dibalik itu semua seorang pemimpin dan rakyat dibawahnya merupakan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan atas manfaat kedua-duanya. Jika salah satu diantara keduanya mati, maka tidak akan bisa berjalan dengan baik. Oleh karena itu, jadikanlah jiwa-jiwa kita sebagai pemimpin dan rakyat yang selalu bisa mengikuti apa yang diarahkan pemimpin selagi tugas itu menjadikan kebaikan kepada kita atas apa yang sudah menjadi kewajiban. Kerasnya hidup dapat menjadikan diri kita kuat bukannya lemah dan terkulai hingga mati dalam paksaan. Salam Dahsyat…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H