"Ini kayaknya lebih berguna deh, daripada gulungan kertas sama pulpen ini. Harusnya senter ini yang ada di dalam kotak tadi" protes Gina.
"Tapi, aku ga nyangka bakalan ada makanan disini. Kukira kita akan dibiarin kelaperan disini" ucap Selia yang sedang mengecek tanggal kadaluarsa.
"Ini ga beracun kan?" Tanya Gina dengan polosnya.
"Kesegel kok" balasku dengan singkat.
Aku mengambil satu botol air mineral dan meminumnya. Saat sedang minum, tiba-tiba penjaga lewat. Sontak aku langsung menundukkan tubuhku dan memejamkan mata. Terdengar suara pisau yang tertancap di dinding belakangku.
"Jangan noleh!" Teriakku kepada mereka berdua.
Setelah beberapa saat, suara langkah kaki itu semakin menjauh. Aku mengangkat kepalaku, detak jantungku tidak beraturan. Aku tidak mengira penjaganya bisa berkeliling, kukira ia hanya akan berdiam di tempat sambil mengawasi. Sejak awal, seharusnya aku lebih waspada.
Setelah menyusun beberapa strategi, akhirnya kami beranjak dari tempat dengan membawa air mineral. Kalau nanti lapar, kita bisa kembali lagi kesini, pikirku. Saat ini kami masih belum mengetahui berapa jumlah penjaga yang ada di tempat ini. Kalau disimpulkan berdasarkan yang dijelaskan oleh pria itu, di setiap jangkauan tertentu hanya ada satu penjaga. Nah, salah satu strategi kami adalah untuk mengetahui berapa jumlah penjaga yang ada disini dan seberapa luas jangkauan area yang dijaganya.
Kami melanjutkan perjalanan kami dengan menyusuri lorong. Terdapat banyak sekali pintu disini. Mungkin, beberapa ada yang jebakan. Untuk berjaga-jaga aku melihat satu-persatu pintu yang ada dengan teliti. Beberapa diantaranya terdapat sensor yang tandanya ada jebakan. Beberapa pintu juga ada yang terkunci, dan sisanya hanya ada tiga pintu yang menurutku aman.
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H