Mohon tunggu...
Ky
Ky Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hai

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Kelulusan

25 Oktober 2023   21:04 Diperbarui: 25 Oktober 2023   21:10 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Aku yang masih belum terlalu sadar saat itu langsung membuka mata dengan lebar, itu suara Aira. Aku bergegas menuju kamar mandi. Aku tidak bisa mempercayai apa yang kulihat, aku mengucek mata ku sekali lagi dan mencubit tanganku. Ini bukan mimpi, aku melihat Zara memegang pisau berlumuran darah dan terdapat dua orang tergeletak di lantai. Aku tidak begitu tahu siapa itu, tapi yang pasti satunya adalah Laila. Melihat zara yang menoleh ke arah kami, aku langsung menarik tangan Aira dan berlari. Aku terlalu takut untuk menoleh ke belakang, tapi aku bisa mendengar suara langkah kaki yang mengejar kami dari belakang. Tiba-tiba Aira tersandung batu dan terjatuh, kulihat Zara semakin dekat dengan kami. Aku panik dan membantu Aira untuk berdiri, namun telat Zara sudah berada di depan kami. Saat hendak menyerang kami dengan pisaunya, ada seorang penjaga datang dan menahan Zara. Penjaga itu menyuruh untuk mengambil senjata tajam tersebut, karena Zara memberontak. Aku mengambil pisau itu dengan daun yang aku temukan di dekatku. Scrett, aku berhasil mengambil pisau itu namun aku terkena pisau tersebut. Tanganku tersayat, aku langsung melempar pisau tersebut dan merintih kesakitan.

Sepertinya, karena mendengar adanya keributan Ustadzah dan beberapa santriwati keluar tenda untuk melihat apa yang sedang terjadi. Kulihat ekspresi mereka semua yang syok, tidak terkecuali Aira. Aku juga melihat jihan datang sambil membawa P3K dan mengobati lenganku. Beberapa jam kemudian polisi dan ambulan datang, polisi pergi ke TKP dan membawa Zara bersama mereka. Sedangkan ambulan membawa korban-korban yang dibunuh. Seorang polisi datang ke Aira untuk menanyakan hal-hal yang dilihat oleh saksi mata. Aku menawarkan diriku, karena tertampang jelas perasaan Aira yang sedang tidak karuan. Aku hanya menceritakan hal-hal yang kuketahui dan acara camping dibatalkan. Kami kembali lagi ke pesantren. Sudah satu bulan berlalu, Aira tidak terlihat sama seperti sebelumnya lagi. Mukanya terlihat sangat murung dengan kantung di matanya. Aku bisa mengerti hal itu, karena Laila adalah teman paling dekat Aira dibunuh oleh Zara yang juga merupakan teman paling dekatnya setelah Laila. Aku juga merasa syok selama sekitar 2 minggu, namun tugas-tugasku yang menumpuk membuatku agak melupakannya. 

Satu setengah tahun berlalu

Besok adalah hari kelulusan kami. Alhamdulillah Aira sudah tidak semurung itu, walaupun emang dia masih sering kepikiran tentang kejadian itu. Ternyata, Zara mengalami kesehatan mental. Ia dituntut untuk selalu menjadi sempurna oleh orang tuanya, yang membuatnya stres dan mentalnya rusak. Sehingga dia melampiaskannya dengan membunuh orang. Zara masih berada di bawah umur, sehingga hukuman tahanannya dikurangi. Aku mengajak Aira, Jihan, Bintang, dan Fira untuk mengunjungi Zara selesai kelulusan. Aku tau perasaan Aira sekarang, namun ini juga agar Aira tidak terjebak dengan masa lalunya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun