Ketika sadar, aku sudah berada di kamarku dengan ibu yang menemaniku di samping. Aku bangun dari tidurku dan bersandar, aku merasa agak pusing dan mengambil pil yang sudah disiapkan oleh ibuku di laci sebelah kasur. Ibuku menanyaiku mengapa aku pingsan, sedangkan aku sendiri tidak tahu. Ibu bilang ayah menemukanku pingsan di halaman rumah, padahal aku pingsan di perpustakaan. Setelah aku sehat, aku pergi ke ruangan ayahku yang berada dekat dengan perpustakaan. Kulihat ayahku sedang membaca sebuah buku, aku langsung nyelonong masuk ke dalam ruangannya. Melihatku yang tiba-tiba masuk ayah sontak menutup buku yang dibacanya. Aku melihat buku yang dibaca ayahku, itu menggunakan bahasa asing yang tidak kuketahui. Saat aku menanyakannya ayahku hanya menjawab "Nanti kamu akan tau di waktu yang tepat". Yasudahlah, kapan juga ayah pernah menjawab pertanyaanku dengan benar. Aku mengurungkan niatku untuk bertanya mengapa bisa aku pingsan di perpustakaan saat ayah tiba-tiba datang. Apakah ada suatu zat berbahaya di sana? kalau ada mengapa aku tidak bisa menyadarinya. Begini-begini aku mempunyai indera yang cukup tajam. Aku juga bingung kenapa ayahku tidak memperbolehkan aku untuk masuk perpustakaan padahal isinya ya cuman buku-buku. Atau disana ada sesuatu hal tersembunyi lainnya?
6 tahun berlalu
Hari ini adalah hari kelulusanku dan akhirnya aku bisa bebas dari semua beban yang menumpuk, tinggal nyari kerja aja sih. Untuk hari ini aku pergi bersama temanku merayakan kelulusan kami. Kami pergi ke Surabaya dan menginap selama 3 hari 2 malam di hotel Alana. Di hotel mereka membicarakan tentang pekerjaan yang akan mereka inginkan, sedangkan aku hanya teringat dengan maksud ayahku tentang perpustakaan. Katanya itu berhubungan dengan pekerjaan, jadi aku harusnya tidak perlu repot-repot nyari kerja. Aku berpisah dengan temanku di bandara dan memesan taxi. Sesampainya di rumah, aku membereskan barang-barangku dan rebahan di kasur yang sudah kutinggal selama 3 hari. Saking capeknya akupun tertidur dan masuk ke dunia mimpiku yang indah. Esoknya, aku sarapan dengan roti panggang isi selai blueberry. Aku pergi ke ruangan ayahku untuk menagih tentang perpustakaan itu, awalnya aku sempat berpikir kalau sebenarnya pekerjaan ayahku membahayakan seperti percobaan manusia. Apalagi setelah aku melihat buku dengan bahasa asing yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Tapi aku percaya jika ayahku tidak melakukan pekerjaan sekejam itu.
Akhinya ayah menepati katanya, aku diperbolehkan memasuki perpustakaan dengan leluasa. Namun, ayahku memberi dokumen yang berisi seperti persyaratan yang katanya ini berhubungan dengan pekerjaanya. Aku membaca isi dokumen itu dengan teliti dan isinya agak mencurigakan seperti yang aku duga. Contohnya dilarang menyebarkan informasi atas apa yang dilihat di dalam perpustakaan, dilarang membawa benda elektronik, dilarang membawa orang tanpa izin dan lainnya. Aku meyakinkan tekadku dan menandatangani surat tersebut. Jika pekerjaan ini berbahaya aku akan kabur dan mencari tempat tinggal yang layak dengan uang yang sudah kutabung selama ini. Ayah membawaku ke perpustakaan bersama dengan asisten yang selalu bersamannya. Perpustakaan itu tampak sama dengan apa yang aku lihat saat itu, tidak ada yang berubah sampai ketika ayahku berhenti di sebuah rak dan menarik salah satu buku. Rak itu terbuka dan terdapat sebuah pintu lagi. Kukira setelah ini ada ruangan, ternyata yang ada hanya pintu. Ayahku menempelkan sesuatu di pintu dan pintu itu terbuka. Saat pintu itu terbuka ternyata ada sebuah lift. Ayah menekan tombol lantai 2 dan lift bergerak kebawah, yang artinya ruangan itu ada di bawah tanah. Aku tidak pernah tau ada ruangan bawah tanah di rumah ini. Lift terbuka dan terdapat ruangan yang sangat luas dengan fasilitas yang canggih. Terdapat juga skitar 10-20 orang disana. Ayah pergi ke ruangan lain untuk mengurus sesuatu, asisten lah yang akhirnya memanduku. Ia menjelaskan tentang apakah ruang ini dan tentang pekerjaan yang ayah lakukan.
Ternyata ayahku adalah seorang mata-mata, yah setidaknya ini bukan pekerjaan seperti yang kupikirkan. Aku menanyakan banyak hal ke asisten muali dari pertanyaan yang ingin kuketahui tentang tempat ini hingga pertanyaan yang ingin kutanyakan ayahku sebelumnya. Akhirnya rasa penasaranku terjawab, disini aku bekerja utama sebagai informan tapi katanya beberapa kali aku akan ikut dalam sebuah misi. Aku bisa masuk ke sini dengan sebuah kartu yang diberikan dan kalung yang diberikan orang tuaku pada ulang tahunku yang ke 17. Aku merasa puas dan kembali ke kamar. Tapi, masih ada 2 hal yang membuatku penasaran yaitu tetang bahasa yang asing yang ada di perpustakaan dan kemunculan ayahku saat aku hendak ke perpustakaan. Asisten tidak menjelaskan tentang bahasa asing yang ada di buku perpustakaan. Tidak mungkin ia melewatkan satupun informasi yang penting, dan juga aku tidak pernah meraskan hawa keberadaan ayahku disana maupun kamera yang terdapat di sekitar perpustakaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H