Mohon tunggu...
Kiki Winarto
Kiki Winarto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sarjana Ilmu Politik Universitas Riau

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengapa Adanya Perdagangan Bebas Justru Menimbulkan Kesulitan Bagi Berbagai Pihak Terutama Bagi Negara Berkembang?

24 September 2012   07:13 Diperbarui: 4 April 2017   17:54 21816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Globalisasi dan keinginan negara-negara melakukan perdagangan internasional dengan lebih mudah, membawa perdagangan internasional ke dalam tren perdagangan bebas. Perdagangan bebas ini kemudian semakin meningkat dalam sepuluh tahun terakhir ini. Meningkatnya perdagangan bebas ini terutama dikarenakan oleh adanya upaya-upaya yang cukup serius untuk mengkoordinasikannya secara internasional melalui berbagai perjanjian seperti Perjanjian General Agreements Trade and Tarif (GATT) dan lembaga seperti World Trade Organization (WTO).[1]

Saat ini yang melaksanakan aturan-aturan perdagangan internasional adalah WTO dengan ditandatanganinya Marrakesh Agreement Establishing the World Trade Organization oleh 124 negara anggota GATT. WTO mulai menjalankan fungsinya apa 1 Januari 1995.[2]

Perdagangan bebas artinya tidak adanya campur tangan dari pemerintah yang menghambat kegiatan perdagangan baik yang dilakukan oleh antar individu maupun antar perusahaan-perusahaan yang ada di dalam negara-negara. Dengan adanya sistem perdagangan bebas ini maka perdagangan antar negara tidak lagi disulitkan oleh urusan birokrasi. Dibentuknya perdagangan bebas ialah untuk meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan negara. Dengan adanya perdagangan bebas diharapkan negara-negara dapat dengan mudah melakukan kegiatan ekonominya. Ide membentuk perdagangan bebas ini ialah karena seringnya perdagangan internasional terhambat oleh masalah pajak, berbagai biaya tambahan, dan masih banyak hambatan-hambatan lainnya.

Manfaat dari perdagangan bebas yang dapat dilihat secara langsung ialah keberagaman barang-barang yang tersedia. Dengan adanya barang-barang yang beragam diharapkan rakyat akan sejahtera karena akan mempunyai banyak pilihan produk-produk terbaik yang mereka butuhkan. John Stuart Mill berpendapat bahwa perdagangan bebas memperbesar dan memperluas cakupan pasar, dan karena itu produktivitas pun meningkat. Dengan meningkatnya produktivitas, meningkat pula standar hidup warga sebuah negara.[3] Namun diantara manfaat-manfaat tersebut, kehadiran pasar bebas justru menyulitkan bagi beberapa negara terutama negara-negara berkembang. Negara-negara berkembang biasanya sulit bersaing untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas dengan negara-negara yang lebih maju. Selain itu negara-negara berkembang juga kesulitan dalam masalah persaingan harga. Padahal perdagangan bebas harusnya dapat meningkatkan daya saing tiap-tiap negara. Hal ini terlihat seperti tidak adanya kesiapan dari negara-negara berkembang dalam rangka menghadapi tren pasar bebas. Oleh karena hal tersebut penulis merasa tertarik untuk meneliti mengapa perdagangan bebas terlihat seperti tidak mencapai tujuannya dan mengapa beberapa negara terutama negara berkembang seperti disulitkan dengan adanya perdagangan bebas ini.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa konsep perdagangan bebas tidak selalu baik. Dalam sistem perdagangan bebas, negara yang memiliki modal yang kuat dan memiliki kekuatan politik yang besarlah yang dapat menang dalam persaingan di zona perdagangan bebas tersebut. Bisa saja kita katakan bahwa perdagangan bebas belum mencapai tujuannya. Tidak ada Win-win Potition melainkan Zero Sum Game, dimana perdagangan bebas hanya memberikan keuntungan bagi salah satu pihak saja sementara pihak-pihak lainnya mendapatkan kerugian.

Pada sekitar tahun 1990an negara-negara di kawasan Asia Pasifik awalnya menyambut baik kehadiran perdagangan bebas hingga akhirnya melahirkan Asean Free Trade Area (AFTA) dan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC). Namun ternyata banyak negara anggota yang mengalami kesulitan dengan adanya perdagangan bebas ini seperti kesulitan masalah neraca pembayaran (catatan yang berisi pembayaran dan penerimaan dari luar negeri) sehingga mulailah negara-negara tersebut mengurangi impor. Dengan adanya pembatasan impor ini artinya negara telah menentang prinsip perdagangan bebas demi kepentingan nasional.[4]

Pada tanggal 28 Februari 2009 lalu bersama sejumlah menteri Perdagangan ASEAN, Australia dan New Zaeland, Indonesia telah menandatangani Persetujuan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru, atau AANZ-FTA (Asean, Australia, New Zealand Free Trade Area). Padahal jika dianalisis perjanjian ini justru akan merugikan bagi Indonesia. Sebab sebelum adanya perjanjian ini, neraca perdagangan (catatan yang berisi nilai barang-barang yang diekspor maupun diimpor oleh suatu negara) non migas Indonesia, baik dengan Australia maupun dengan New Zealand itu selalu negatif.[5] Artinya tanpa perdagangan bebas pun Indonesia lebih banyak mengimpor barang dari kedua negara tersebut. Jika tarif diturunkan menjadi nol persen maka dapat dipastikan ketergantungan pada impor akan semakin tinggi. Akibat lain dari perjanjian tersebut ialah sektor industri pertanian yang saat ini sedang tidak cukup kuat kedudukannya akibat maraknya produk-produk impor akan semakin terpuruk akan hal tersebut.

Hal di atas merupakan beberapa contoh bukti bahwa perdagangan bebas sebenanya tidak dapat menimbulkan kesejahteraan di antara negara-negara melainkan menimbulkan kesulitan bahkan keterpurukan. Apalagi bagi negara-negara berkembang. Dengan adanya perdagangan bebas, negara-negara yang maju akan dapat mengeksploitasi negara-negara berkembang dengan lebih mudah. Negara-negara maju juga dapat merusak industri lokal negara berkembang, dan juga membatasi standar kerja dan standar sosial. Tentu saja ini merupakan kerugian besar bagi negara berkembang.

Selain itu perdagangan bebas juga menyebabkan lebih kepada dependensi ketimbang interdependensi. Negara-negara maju sudah pasti dapat menghasilkan produk-produk dengan kualitas yang baik yang tidak dapat diproduksi oleh negara-negara berkembang. Seperti Jepang dengan produk sepeda motor atau mobilnya. Negara berkembang seperti Indonesia yang belum mampu menghasilkan produk sepeda motor atau mobil yang kualitasnya baik dan terkenal sebagaimana yang telah dihasilkan oleh Jepang, tentu hanya akan puas menjadi konsumen dan pada akhirnya menjadi negara yang konsumtif. Disini tampak contoh bagaimana bergantungnya negara berkembang dengan negara maju.

Dampak buruk dari perdagangan bebas yang lain adalah banyaknya masyarakat yang lebih memilih produk buatan luar negeri ketimbang produk hasil dari negaranya sendiri. Ini sangat merugikan dan dapat menyebabkan pengusaha-pengusaha lokal mengalami kesulitan jika tidak pandai-pandai bersaing dalam zona perdagangan bebas tersebut. Lihat saja pada saat sekarang ini kita akan dapat dengan mudah menemukan barang-barang bertuliskan “Made in China”, di pusat perbelanjaan, pasar, atau di rumah kita masing-masing.

Jika pasar dalam negeri lebih diramaikan oleh barang-barang hasil dari luar negeri apalagi dengan produk yang lebih berkualitas dan harga murah maka produsen akan terdorong untuk beralih profesi menjadi importir atau pedagang saja misalnya karena merasa tidak mampu bersaing. Hal ini akan membuat negara-negara tidak akan berkembang. Jika tidak dapat menghasilkan produk-produk sendiri negara tidak akan mandiri dan terus bergantung pada negara lain yang lebih maju sehingga ia sendiri tidak akan pernah maju.

Tidak hanya itu. Sistem perdagangan bebas juga merugikan bagi industri-industri kecil. Kembali lagi kepada ketidakmampuan dalam bersaing dengan industri-industri yang lebih besar yang dapat menghasilkan produk dengan kualitas terjamin dan harga yang terjangkau. Pasar tentu akan lebih memilih produk yang terbaik dengan harga yang relatif murah. Jika industri-industri kecil tidak mampu bersaing di arena perdagangan bebas maka dapat dipastikan industri-industri tersebut akan tersingkir dan mengalami kepailitan. Hal ini bisa saja menimbulkan masalah lain lagi seperti pengangguran.

Penjelasan-penjelasan di atas semakin menekankan bahwa sistem perdagangan bebas tidak dapat mensejahterakan masyarakat. Namun sebenarnya kerugian-kerugian dari adanya perdagangan bebas tidak hanya dirasakan oleh negara-negara berkembang atau yang berperekonomian lemah. Negara-negara maju juga turut merasakannya. Seperti misalnya pendapatan devisa yang menurun. Selain itu juga juga menimbulkan persaingan serendah mungkin yang menyebabkan standar hidup dan keamanan yang lebih rendah. Akan tetapi kerugian-kerugian yang dialami negara-negara maju ini juga merupakan kerugian yang dialami negara-negara berkembang. Jadi tetap saja negara berkembang lebih dirugikan sebab kerugian-kerugian yang dialami negara maju tidaklah sebesar kerugian yang dialami oleh negara-negara berkembang. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa perdagangan bebas tidaklah membawa kesejahteraan terutama bagi negara berkembang. Maka tidak salah jika kita mengatakan bahwa sistem perdagangan bebas sampai hari ini belum mencapai tujuannya.

[1] Alecsandra Dragne, 06 September 2011. Manfaat Perdagangan Bebas: Belajar dari Sejarah. (Diakses pada 20 April 2012)

[2] Perwita, Anak Agung. & Yani, Yanyan Mochamad. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, hal.85

[3] Alecsandra Dragne, 06 September 2011. Manfaat Perdagangan Bebas: Belajar dari Sejarah. (Diakses pada 20 April 2012)

[4] Iwan Jaya Azis, ____. Dunia Tidak Siap dengan Perdagangan Bebas. (Diakses pada 20 April 2012)

[5] Widodo Judarwanto, 27 februari 2010. Antisipasi terhadap Dampak Buruk Perdagangan Bebas ASEAN-China. (Diakses pada 18 April 2012)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun