Medan, Sumatra Utara
Bila sedang menempuh perjalanan dari dan ke beberapa daerah di Sumatra (misalnya daerah-daerah di Provinsi Aceh dan Nias) kadang kita perlu transit dan bermalam di Kota Medan, karena menyesuaikan dengan penerbangan yang menggunakan pesawat kecil seperti Susi Air atau Wings Air mengingat landasan pacu dan pendaratan di beberapa bandara masih tergolong pendek.
Kota Medan selalu menarik untuk disinggahi dan dirindukan sebagai tempat transit karena banyak memiliki destinasi wisata dan kuliner. Dengan beragamnya suku di Kota Medan selain Suku Batak dan suku-suku lain di Indonesia. juga ada komunitas Tionghoa dan India, membuat Kota Medan kaya tongkrongan kuliner. Bagi penggemar Chinese Food, maka Kota Medan adalah destinasi lidah paling cocok. Tidak hanya sekedar menu-menu populer seperti Cap Cai, Fu Yung Hai, Lo Mie, Ifu Mie dan berbagai jenis mie yang lain, tetapi juga ada makanan khas yang sangat etnik dan jarang dijumpai di restaurant seperti Nasi Tim (yang ada ayam dan jamurnya), Nasi Ayam Hainan, ada kue Bacang (yang biasanya hanya mucul saat Sincia, Hari Raya Imlek), ada lumpia rebung dan ebi (walau belum menemukan yang seenak Lumpia Semarang), dan banyak lagi menu tradisional yang menggelitik lidah.
[caption id="attachment_350786" align="alignnone" width="504" caption="Suasana Jalan Semarang Malam Hari (doc. pribadi)"][/caption]
Sebenarnya, ada beberapa kawasan kuliner di Kota Medan seperti diunggah oleh Kabar Medan http://kabarmedan.com/5-kawasan-kuliner-enak-di-medan/. Namun kali ini kita nongkrong di Jalan Semarang, Â Chinese Town nya Kota Medan. Sekitar jam lima sore, toko-toko sudah mulai tutup digantikan meja-kursi dan gerobak makanan yang ditata berjajar sepanjang jalan. Celoteh berbahasa Mandarin ramai terdengar mengasyikan.
[caption id="attachment_350788" align="alignnone" width="504" caption="Keasyikan Tersendiri Mendengarkan Komunitas Berbahasa Mandarin (doc. pribadi)"]
[caption id="attachment_350787" align="alignnone" width="504" caption="Kesan Makan Malam di Alam Terbuka (doc. pribadi)"]
Sekitar jam enam sore pembeli mulai berdatangan, ada yang menggunakan mobil atau motor, berdua atau bersama keluarga dan jarang yang datang sendirian. Kebanyakan pengunjung dari kalangan Tionghoa baik sekitar Medan dan Sumatra Utara (nopol kode BK dan BB) Â dan bila liburan ada pula pengunjung dari Jakarta (nopol kode B). Suasana di sini mirip Galabo (Gladag Langen Bogan) yang terletak disebelah Timur Budaran Gladak Solo, tepatnya di sepanjang Jalan Mayor Sunaryo mulai dari PGS (Pusat Grosir Solo) dan BTC (Benteng Trade Center). Bener-bener asyik makan malam di alam terbuka. Sayangnya di Jalan Semarang tidak ada live music macam di Galabo.
[caption id="attachment_350789" align="alignnone" width="560" caption="Pesanan Saya "]
Untuk makan malam saya memesan Nasi Lemak yang menunya mirip Nasi Campur ala Bali, namun semua lauknya dari daging ayam, mulai dari telur ayam, abon, sate, suwiran ayam panggang, kari, telur dan acar bawang merah. Bila sedang di Medan, saya suka minum Teh Tong (kalau di tempat saya disebut Teh Cong), teh tawar yang diseduh dari teh tabur bukan teh celup. Mari makan . . . hojiek, hojiek . . . .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H