Â
'Adapt or die.' adalah prinsip yang dipegang teguh oleh Ibu Anathasia Citra. Seorang dosen, Professional Public Relations, dan seorang Entertainer yang aktif di industri musik Indonesia. Bersamaan dengan itu, Beliau memulai talk show yang diadakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi President University bekerjasama dengan PERHUMAS Jakarta Raya sebagai moderator yang akan memimpin jalannya talk show tersebut.
Talk show yang bertempatan di President University ini bertemakan 'Peran PR dan Media Bertahan di Era Revolusi Industri 4.0'. Dihadiri oleh dua Pembicara yang sangat berpengalaman di dunia PR (Public Relations); Ibu Henny Puspitasari selaku Wakil Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga dan PR serta Publicity Manager Metro TV dan Bapak Moch. N. Kurniawan selaku anggota Bidang Pelatihan dan Keanggotaan BPP PERHUMAS serta Senior Specialist Media Relations INPEX Masela, Ltd.
"Smartphone adalah pintu masuk Revolusi Industri 4.0," jelas Bapak Kurniawan, "Revolusi Indrustri 4.0 dalam PR itu memudahkan," lanjutnya. Dengan adanya media sosial dalam era Revolusi Industri 4.0 ini, banyak orang yang menyampaikan pendapat dan opininya melalui akun media sosial yang mereka miliki. Menurut Bapak Kurniawan, yang kerap dipanggil Bapak Iwan ini, seseorang akan menyampaikan opini mereka secara lebih leluasa dan terbuka di media sosial dibandingkan dengan menyampaikan opini secara langsung kepada seseorang yang bersangkutan atau face-to-face.
Maraknya penggunaan media sosial di era ini juga membuat bertambahnya pekerjaan yang harus ditangani seorang PR. Komplain dan isu kini kerapkali muncul di media sosial dan seorang PR harus dapat memberikan respon yang cepat dalam menangani isu atau komplain tersebut. Keberadaan media sosial ini pun sangat membantu dalam memberikan klarifikasi atau respon yang cepat dan dapat menjangkau publik secara luas dan hampir menyeluruh.
Ibu Henny yang juga hadir di tempat tersebut sependapat dengan apa yang dikatakan oleh Bapak Iwan. "media sosial adalah wadah yang sangat luas, bebas namun berbahaya." jelas Ibu Henny. Ia pun melanjutkan, "saya mengatakan media sosial adalah wadah yang berbahaya karena media sosial adalah tempat di mana seseorang menunjukkan dirinya secara terbuka, seseorang dapat mengetahui kepribadian orang lain hanya dengan memperhatikan media sosialnya."
Menurut pengalamannya sebagai Publicity Manager Metro TV, Beliau menggunakan cara tersebut sebelum bertemu dengan orang lain. Beliau menggunakan media sosial sebagai salah satu aspek penilaian terbesar dalam mengenal seseorang. Terlebih sebagai PR, reputasi dan penampilan kita di mata dunia adalah hal yang sangat penting, karena itulah kita harus sangat berhati-hati dan bijak dalam menggunakan media sosial yang dimiliki.
Sebagai penutup, Ibu Henny dengan tegas mengatakan bahwa media sosial yang kita miliki tidak hanya tentang diri kita sendiri, namun kita juga membawa identitas pekerjaan yang kita emban. Kesalahan terbesar dalam media sosial sebagai Professional Public Relations adalah menggunakan kata-kata yang tidak senonoh dan menunjukkan jati diri yang kurang layak untuk dilihat khalayak ramai. Professional Public Relations wajib mengelola media sosialnya dengan baik, menggunakannya dengan menyebarkan hal-hal positif dan menunjukkannya kepada dunia.