Mohon tunggu...
KiTONG -
KiTONG - Mohon Tunggu... -

mahasiswa & karyawan magang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibadah di Tempat Umum

17 Januari 2012   05:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:47 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

tulisan ini mungkin sudah sering ada di blog pribadi atau di bahas di media online atau di media massa. tapi mengapa selalu tidak ada tindakan perbaikan untuk masalah yang sama dan selalu terjadi dari masa ke masa. masalah ini mungkin dianggap sebuah masalah yang sederhana walau ternyata kenyataannya tidak semua orang memandang masalah ini sebagai masalah yang sederhana karena masalah ini adalah masalah antara seorang hamba dan tuan nya.

masalah itu adalah lokasi musholla di mall atau pusat perbelanjaan dan di tempat umum (stasiun kereta, terminal bus, pelabuhan kapal dan airport). hampir rata - rata lokasi musholla di tempat umum tadi masuk dalam kategori tidak layak dan tidak nyaman, bahkan (maaf) bisa dibilang, hampir sama dengan toilet umum. posisi yang sulit di jangkau, toilet yang tidak terawat, sempit, pengap (tidak ada sirkulasi udara) dan karpet musholla bau (entah akibat tidak pernah di cuci atau di jemur). mengapa tempat ibadah begitu tidak layak dan tidak nyaman?

pertanyaan tadi hanya kita yang dapat menjawabnya. pentingkah ibadah (sholat) di tempat umum saat tiba waktunya (adzan)? jika kita menjawab penting, dan kita akan melakukan sholat saat tiba waktunya. pertanyaan berikutnya dimana lokasi kita akan ibadah (sholat)? apakah kita akan melakukan ibadah di tempat umum tadi atau kita mencari masjid terdekat? biasanya kita memilih untuk sholat di tempat umum daripada memilih sholat di masjid terdekat. pertanyaan kemudian, dimana musholla di tempat umum yang akan kita gunakan beribadah (sholat)? jawabannya lokasi musholla ada di ujung lorong mall atau stasiun dekat atau biasanya samping toilet umum yang sama - sama tidak terawat.

sampai di lokasi musholla, orang sudah ramai antri untuk bersuci (wudhu) sebelum melakukan sholat di musholla. dimana orang - orang antri, ya di tempat wudhu dan di dalam musholla atau depan pintu musholla. mengapa orang - orang mengantri? pertama, karena musholla kecil, sempit dan musholla hanya satu di mall atau tempat umum dan kedua waktu sholat yang sempit (biasanya waktu sholat magrib).

pernah saya memilih untuk 'tidak' sholat dan memilih men'jamak' sholat saya hari itu, karena musholla yang ada di airport becek, bau dan sangat ramai. kejadian yang sama terjadi saat saya berkunjung ke sebuah mall di depok, ahad kemarin bersama istri. saat waktu shalat magrib, salah satu lokasi musholla yang akan kami tuju ternyata jauh di luar gedung mall (jauh dari parkir mobil) dan saat kami ke lantai teratas, musholla yang ada juga tutup karena sedang di renovasi (entah toilet atau musholla yang di renovasi) dan akhirnya kami memilih untuk menuju musholla yang ada di lantai dasar dan ternyata orang - orang sudah ramai untuk sholat magrib.

timbul pertanyaan, mengapa pihak mall atau tempat umum tidak menyediakan lokasi musholla yang layak, mudah diakses dan nyaman? padahal kalau pengunjung yang rata - rata muslim dan memerlukan musholla yang layak dan nyaman untuk sholat. sempat terpikir, seharusnya atau sebaiknya pada awal pembangunan mall atau tempat umum lokasi musholla sudah harus termasuk dalam rencana pembangunan dan lokasi nya tidak di tempat yang terpencil. jika orang islam yang menjadi pengunjung 'demo' atau memboikot dengan tidak mengunjungi mall atau tempat umum karena masalah lokasi musholla, pasti mall atau tempat umum tadi bangkrut. sebaiknya ada simbiosis mutualisme atau hubungan yang saling menguntungkan. pihak mall atau tempat umum senang karena tingginya angka kunjungan, para pengujung juga senang karena hak nya untuk beribadah dapat terlaksana dengan nyaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun