Melakukan hubungan seks dengan cara oral memang lebih aman dibanding vaginal maupun anal. Namun, siapa berani jamin kalau seks oral itu benar-benar 100 persen bebas risiko? SEKS oral artinya meletakan mulut pada penis (fellatio), vagina (cunnilingus) atau anus (anilingus). Hubungan badan semacam ini, memang mengandung risiko infeksi HIV yang lebih kecil dibanding, misalnya, vaginal (alat kelamin dengan alat kelamin) dan anal seks.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan CDC (Center for Disease Control and Prevention) tahun 2016, terungkap bahwa sangat sedikit kasus penularan HIV akibat seks oral. The Health Protection Agency, sebuah badan non-departemen di Inggris yang mengurusi masalah kesehatan memperkirakan, angka penularan HIV dan PMS (penyakit menular seksual) lain hanya berkisar antara satu hingga 3 persen dari total kasus penularan HIV di negara itu.
Namun demikian, faktanya, tetap ada saja kasus infeksi HIV serta PMS lainnya yang diakibatkan jenis hubungan badan ini. Luka pada mulut atau bibir, gusi berdarah, luka genital (alat kelamin), merupakan faktor pemicu penularan penyakit-penyakit berbahaya tadi. Apabila seorang pria sehat menerima seks oral dari perempuan pengidap HIV dengan luka di mulut atau gusi, maka perempuan itu berpotensi menularkan HIV kepada si pria. Risiko infeksi virus akan lebih tinggi jika pria dengan luka pada mulut atau gusi melakukan seks oral terhadap pasangannya.
Selain itu, pada saat melakukan seks oral, seseorang berpotensi terkena human papillomavirus (HPV) jika dilakukan dengan orang yang terinfeksi HPV. Pada umumnya, orang yang memberi seks oral lebih berisiko terkena HPV karena ia berhadapan langsung dengan cairan genital. Hal yang sama juga berlaku pada pria pengidap HIV yang menerima seks oral dari wanita sehat. Sperma yang dikeluarkan oleh pria tersebut bisa membawa wanita itu menjadi pengidap HIV juga.
Selain HPV dan HIV, risiko penyakit lain yang bisa ditularkan dari seks oral, antara lain: sifilis, gonore atau kencing nanah, klamidia, herpes, serta hepatitis A dan B. Penularan penyakit bisa dikurangi dengan memakai alat pelindung seperti kondom. Untuk wanita, bisa memakai dental dam, yakni lembaran lateks yang kerap dipakai oleh dokter gigi. Alat ini bisa didapatkan di apotek.
Penting untuk diingat, sebelum melakukan seks oral, hindari menggosok gigi. Sebab, tindakan ini kadang justru bisa mengakibatkan gusi berdarah atau goresan kecil pada mulut. Penyakit akan lebih mudah menular dengan adanya luka dalam mulut. Pastikan pula mulut dalam keadaan sehat, seperti tidak ada sariawan atau luka.
Bagi pria, sebisa mungkin hindari melakukan ejakulasi di dalam mulut wanita. Hindari melakukan seks oral dengan orang yang riwayat seksualnya tidak diketahui. Melakukan vaksin juga bisa dilakukan untuk mengurangi risiko penularan hepatitis B dan infeksi HPV. Untuk menghindari PMS, ada baiknya rutin periksa ke dokter. Ajak pasangan untuk memeriksakan kesehatannya demi memperoleh kehidupan seksual yang sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H