Karena penasaran, saya pun mengunduh aplikasi PLN Mobile dari Play Store guna mengetahui nominal tagihan listrik saya yang sebenarnya. Ternyata tagihan yang saya bayar melalui mobile banking sama dengan yang ditunjukkan dalam aplikasi itu. Artinya, ada "mark-up" dari petugas yang coba dimainkan melalui struk hasil rekaan yang diberikan kepada pelanggan.
Tak berselang lama, saya menanyakan kembali mengenai perbedaan nominal tagihan pada struk melalui chat, tetapi tidak ada jawaban darinya.
Atas kejanggalan itu, saya memintanya untuk menemui saya di rumah sembari mengembalikan uang yang terlanjur dibayarkan oleh ibu saya. Ada beberapa pertanyaan yang hendak saya tanyakan kepadanya, tetapi tetap tak ada respon.
Kemarin lusa atau tepatnya Sabtu sore (29/07), petugas itu akhirnya datang ke rumah saya setelah mendatangi rumah pelanggan lainnya.
Pertanyaan pertama yang saya ucapkan, mengapa ada perbedaan antara nominal pada struk dan mobile banking. Sembari menunjukkan beberapa lembar kertas berisi data tagihan para pelanggan, sang petugas masih tetap berdalih bahwa data tagihan yang ia bawa mengelami kendala.
Untuk mematahkan data tagihannya itu, saya menunjukkan tagihan yang tertera pada aplikasi PLN Mobile. Sudah sangat jelas bahwa data tagihan yang dibawanya hanya rekayasa yang ia buat sendiri yang bertujuan guna mencari keuntungan dari pelanggan.
Saya kembali menegaskan bahwa tagihan listrik pelanggan PLN nominalnya harus sama dengan yang tertera dalam aplikasi PLN Mobile. Jika berbeda, maka ada yang salah dengan struk yang ia bawa, apapun dalih dan alasannya.
Sang petugas itu pun akhirnya mengakui kesalahannya. Ia mengaku, struk tagihan itu memang dia sendiri yang merekayasa dengan cara mengubah nominal tagihan para pelanggan yang telat membayar.
Saya mengancam akan melaporkannya kepada pihak yang berwajib jika saja ia terus melakukan praktik pungli. Hanya pada bulan Juli saja, ada sekira puluhan pelanggan yang menjadi korbannya.
Ternyata tak hanya sekali dua kali saja sang petugas melakukan praktik pungli semacam itu. Ia sering memanfaatkan keterlambatan para pelanggan dalam melunasi tagihan listrik untuk mencari keuntungan pribadi.