"You either die a hero, or you live long enough to see yourself become the villain." - Harvey Dent
Anda bisa mati sebagai pahlawan, atau hidup cukup lama guna melihat diri Anda menjadi penjahat. Itulah keyakinan yang membuat banyak orang tidak melangkah terlalu jauh serta berusaha terlalu keras untuk mendekati garis akhir.
Sebagian besar pemain lebih memilih gantung sepatu kala mencapai usia 30 atau 35 tahun, meninggalkan hari-hari indah mereka sebagai seniman lapangan hijau. Mereka akan berhenti sebelum benar-benar habis tergerus usia agar tidak semakin menderita.
Tentu ada banyak pemain yang masih berada dalam kondisi terbaiknya bahkan di usia senja. Akan tetapi, tidak ada yang berhasil bermain di level profesional hingga menyentuh usia setengah abad.
Tidak seorang pun kecuali Kazuyoshi Miura, pemain tertua yang masih aktif menapakkan kakinya di atas lapangan hijau, yang telah bermain bagi banyak klub di berbagai belahan bumi.
Berbicara tentang usia, tak ada yang bisa menyaingi sosok gaek asal Negeri Sakura itu. Ketika pesepak bola seusianya lebih memilih bersantai sembari menikmati chado (upacara minum teh Jepang) atau berevolusi menjadi pelatih, ia masih rela membombardir kotak penalti lawan.
Sebagai pemain aktif paling senior dalam sepak bola, menjadi masuk akal untuk mengasumsikan bahwa ia mempunyai segudang kisah menarik guna dibagikan. Apalagi, Miura juga pernah melanglang buana di sejumlah negara lintas benua sejak belia.
Miura terlahir pada tanggal 26 Februari 1967 silam, empat hari pasca Presiden Soekarno menyerahkan mandat eksekutif atas Republik Indonesia kepada Jenderal Soeharto atau tujuh bulan usai The Three Lions menjuarai Piala Dunia 1966.
Artinya, kini Miura telah genap berusia 53 tahun. Ia lahir pada bulan yang sama dengan legenda Italia, Roberto Baggio, yang sudah gantung sepatu sejak 2004.
King Kazu, begitulah para penggemar menjulukinya. Ia bermain sebagai striker untuk klub liga Jepang, Yokohama FC, dengan label nomor 11 di punggungnya.