Kekecewaan Fergie kiranya sangat logis karena Gazza adalah salah satu pemain bertalenta yang penah dimiliki oleh Inggris. Ia memiliki bakat alam yang tidak dimiliki pemain lain pada masanya.
Kegagalan Fergie dalam merekrut Paul 'Gazza' Gascoigne menjadi kekecewaan terbesarnya sebagai seorang manajer.
Gazza memiliki semua atribut pemain terbaik dunia. Sebagai gelandang serang, ia memiliki kreativitas di atas rata-rata serta memiliki kemampuan mencetak gol dan mengkreasi peluang sama baiknya.
Selain itu, ia juga memiliki kecepatan, kekuatan fisik, keseimbangan, dribbling skill jempolan, serta tendangan keras, yang memungkinkan dirinya untuk melindungi bola, melawati lawan, dan mencetak gol meski berpostur tambun.
Jose Mourinho menyebut Gazza sebagai talenta terbaik yang pernah dimiliki oleh Inggris di generasinya. Sementara Gary Lineker, menyebutnya sebagai pemain yang mempunyai kepercayaan diri dan kreativitas saat sedang menguasai bola.
Selain Newcastle dan Tottenham, ia juga sempat bermain untuk Lazio, Rangers, Middlesbrough, dan Everton. Dalam 388 laga, ia sukses menorehkan 83 gol dalam kariernya. Torehan yang cukup produktif, mengingat posisinya sebagai gelandang.
Puncaknya, ia sukses meraih PFA Young Player of the Year dan PFA Team of the Year pada musim 1987-88 saat membela Tottenham. Di Skotlandia ia juga sempat diganjar PFA Player of the Year 1996.
Masalah Gazza dengan Alkohol
Gazza memiliki banyak masalah dalam hidupnya. Ia telah didiagnosis mengidap bipolar, obsesif kompulsif disorder (OCD), bulimia, kecemasan, dan depresi.
Gangguan mental itulah yang dinilai telah memicu kecanduannya terhadap alkohol. Berkali-kali Gascoigne keluar masuk ruang rehabilitasi. Berkali-kali pula dirinya terlibat beragam kasus yang disebabkan oleh kebiasaan mabuknya itu.
Hidupnya tidak pernah lepas dari alkohol. Minuman keras sudah menjadi bagian dari hari-harinya sebagai pesepak bola. Saat memperkuat Lazio, ia pernah datang dalam kondisi teler ke tempat latihan.