Namun faktanya, semua upaya itu masih belum mampu menjamin rasa aman bagi kaum Hawa yang terlibat dalam olahraga terbesar di dunia tersebut.
Menurut hasil penelitian Profesor Sue Bridgewater dari University of Liverpool, seksisme masih menjadi penghalang bagi kesuksesan wanita yang terjun di dalam jagat persepakbolaan.
Bridgewater ditugaskan untuk membuat laporan berdasarkan survei berskala luas selama kurun waktu 2 tahun (2014-2016) yang dilakukan atas nama organisasi kesetaraan gender dalam sepak bola, Women in Football.
Survei yang dilakukan oleh Bridgewater menyasar 505 wanita yang bekerja dalam bidang sepak bola meliputi para pemain, pelatih, ofisial pertandingan, dokter, fisioterapis, administrator, pengacara, agen, media, dan lain sebagainya.
Dalam laporannya ia mengungkapkan, bahwa prosentase responden yang mengaku menjadi korban pelecehan seksual meningkat 2 kali lipat dalam dua tahun terakhir, dari 7% menjadi 15%.
Sementara jumlah pekerja wanita yang mengaku dilarang memasuki wilayah tertentu dalam organisasi sepak bola atas dasar jenis kelamin (diskriminasi gender) meningkat hampir tiga kali lipat, dari 7% pada 2014 menjadi 19% pada tahun 2016.
Wanita yang menjabat sebagai direktur penelitian bidang olahraga di Universitas Liverpool itu juga menemukan hampir setengah dari respondennya merupakan korban seksisme, sementara nyaris dua pertiga di antarannya mengalami ejekan berbau seksis di tempat kerja.
Banyak dari mereka yang tidak berani melaporkan insiden yang dialaminya sebab khawatir akan berdampak buruk pada pekerjaan mereka.
Masih terdapat banyak aspek yang perlu diperbaiki untuk menjadikan industri sepak bola sebagai sebuah ekosistem yang aman, ramah, dan progresif bagi wanita yang berkecimpung di dalamnya.
Setidaknya Yuki telah membuktikan diri, bahwa sepak bola bukan hanya olahraga kaum Adam. Bahkan ia berani berbagi umpan dan strategi dengan rekan di tim yang seluruhnya berjenis kelamin pria.
Geisha merupakan simbol kebudayaan Jepang, sementara Yuki Nagasato ialah simbol kesetaraan gender dalam dunia sepak bola–yang tidak lagi maskulin.