Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Ancam Reshuffle, Jokowi Bisa Kehabisan Stok Menteri

30 Juni 2020   22:11 Diperbarui: 2 Juli 2020   06:01 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo | ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Kemarahan Jokowi yang luar biasa atas kinerja kabinetnya yang biasa-biasa saja.

Wacana reshuffle yang dilontarkan Jokowi dalam sidang kabinet 18 Juni lalu merupakan ancaman serius yang ditujukan kepada jajaran kabinetnya.

Menurut penilaian saya, kemarahan Jokowi terhadap para menterinya itu merupakan kemarahan paling ekstrim selama ia menjabat sebagai Presiden.

Hal itu senada dengan pendapat dari pakar deteksi kebohongan manusia (human lie detector), Handoko Gani, yang menyebut kemarahan Jokowi saat sidang kabinet adalah kemarahan level tertinggi.

Ekspresi wajah manusia bisa dimanipulasi seperti yang dilakukan oleh aktor dan pemain teater yang sangat ahli dalam bermain peran. Namun ada aspek yang tidak bisa disembunyikan atau dimanipulasi, yakni ekspresi mikro.

Kemarahan level E adalah yang tertinggi. Semua organ tubuh mulai terorganisir. Nafas orang yang berada di kemarahan level E sangat terburu-buru, detak jantung memuncak, hingga tangan dan kaki bisa ikut bergerak. Dilansir dari detik.com.

Sejatinya kemarahan pria asal Solo tersebut tidak terlalu mengejutkan, mengingat itu bukanlah kali pertama. Seperti halnya luapan kemarahan yang ia tujukan kepada jajaran direksi PLN atas insiden blackout di sebagian besar Pulau Jawa dan Bali.

Kemarahan serupa juga pernah ia tunjukkan ketika namanya dicatut oleh Setya Novanto dalam kasus "Papa Minta Saham". Selain itu, Jokowi juga marah saat dikaitkan dengan PKI. Lalu kemarahannya saat menyikapi dwell time Pelabuhan Belawan dan terkait perizinan investasi di daerah yang berbelit-belit.

Banyak pihak yang menyayangkan atas insiden itu, bahwa kemarahan seorang presiden tidak patut dipertontonkon kepada publik. Ada pula anggapan yang menyebut kemarahan Jokowi sangat terlambat jika dimaksudkan untuk memberikan shock therapy kepada jajaran kabinetnya.

Sebagian lagi beranggapan, kemarahan itu hanya salah satu cara Jokowi untuk menyelamatkan citranya di mata publik atau justru sebagai ajang menunjukkan kebobrokan kabinet kerjanya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun