------------------------------ "Rose, sorry aku cuil puisi ini dari novelmu, sorry juga aku protes keras padamu." "Protes? Tentang apa?" "Kamu nggak fair dalam bersikap. Kenapa kamu berikan hukuman yang kejam pada Puniawati? Apakah pantas kamu menghukum dia dengan kematian, atas kejahatan yang tak pernah dilakukannya?" "Kak dengar dulu..." "Puisi ini adalah puisi kematian, apa kamu masih mau bilang kalau kamu tidak berniat membunuh Puniawati?" --------------------------------------- *Untuk yang protes keras di sana, di sana dan di sana. Aku tak tahu apakah puisi ini puisi kematian, ini hanya kata-kata yang DIA titipkan padaku untuk kutulis. Bacalah saja, kalian bisa menyimpan yang kalian dapat dari sana. Lalu baca judul kedua, ketiga dan keempat, baru kita bicara lagi.* - Sekarang saatnya ngopi, ada gula berwarna putih dalam kopi hitammu -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H