"Dan sekarang aku memerintahkan untuk dirubah."
"Tapi Bapak memintanya demikian. Hari ini Bapak ingin menunjukkan pada para tamu bahwa perusahaan ini sangat nasionalis."
"Itu tidak diperlukan lagi. Aku sudah punya rencana."
"Bukankah Bapak dan Ibu mengundang mereka untuk menyaksikan kebudayaan kita? Dan teman-teman sudah mempersiapkannya dengan matang."
"Itu kan hanya siasat agar mereka bersedia berkunjung ke sini. Dan menyenangkan mereka ini juga salah satu cara agar mereka bersedia bekerja sama dengan kita."
"Tapi."
"Lakukan saja dan kamu akan segera naik jabatan. Tidak hanya sekedar menyanyi di panggung ini."
"Mohon diijinkan saya membicarakannya dulu dengan Bapak."
"Pilihanmu hanya dua. Lakukan sekarang atau kamu keluar dari ruangan ini dan jangan pernah kembali."
Jalu menatap geram wanita yang kembali berjalan dengan anggun itu menjauh darinya. Tangannya mengepal dan mulutnya mendesis sambil menatap kain persegi berwarna merah putih yang sudah disiapkannya dengan cantik di sudut panggung. Lalu menatap nanar pada diktat berisi bait-bait kebangsaan yang kini menjadi sia-sia.
"Benar kan dugaanku." Leo berbisik di sebelahnya.