Disudut sekolah sore itu, saat air mata sang langit tercurah basahi bumiÂ
Sayup kudengar derai tawa bahagia bocah-bocah Bermain berlarian kian kemari
Ingin rasanya diri ini seperti mereka, yang tak pernah mengenal lukaÂ
Heiii... dimanakah engkau wahai matahariku?
Ini bukan waktunya rembulan mengganti kan mu kan ?
Dimana sinar mu yang selalu menghangatkan jiwa ku?
Apakah kamu marah dengan ku, hingga kau memilih terus bersembunyi dibalik awan.
Aku mohon kembalilah bersinar matahari kuÂ
Rasa dingin ini semakin merasuk ke tulang-tulang hingga sukmakuÂ
Aaahhhh .... Ternyata sang Bayu pun mendukung mu menambahkan hembusan nafas dinginnya.Â
Sang pelangi harapan pun tak kunjung datang, apakah dia juga merajuk seperti mu matahari ku?