Anak kecil belum memiliki kemampuan penuh untuk mengendalikan emosi, sehingga mereka cenderung bereaksi dengan cara yang tampak "bermasalah" seperti tantrum atau tidak mendengarkan.
5. Pengaruh Lingkungan
Sikap anak sering dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk pola asuh, teman sebaya, dan suasana rumah. Lingkungan yang kurang stabil dapat memicu perilaku yang dianggap "bandel".
6. Uji Batasan (Testing Boundaries)
Anak kecil sering menguji batasan yang diberikan oleh orang tua atau guru untuk memahami sejauh mana mereka bisa berperilaku tanpa konsekuensi besar.
7. Kebutuhan yang Tidak Terpenuhi
Ketika kebutuhan fisik, emosional, atau sosial mereka tidak terpenuhi, anak bisa bertindak dengan cara yang tampak "bandel" sebagai bentuk komunikasi.
Menyadari bahwa perilaku "bandel" biasanya adalah bagian dari proses tumbuh kembang anak dapat membantu orang dewasa merespons dengan lebih sabar dan mendidik. Berikut adalah beberapa contoh perilaku yang mungkin menguji kesabaran orang dewasa:
- Tantrum atau Mengamuk
Anak-anak sering menangis, menjerit, atau bahkan melempar barang saat mereka merasa frustasi atau tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Biasanya terjadi karena keterbatasan mereka dalam mengekspresikan emosi atau kebutuhan secara verbal.
- Tidak Mau Mendengarkan
Anak kecil kadang mengabaikan instruksi atau menolak mengikuti aturan, baik karena rasa ingin tahu yang tinggi atau keinginan untuk menguji batasan.
- Bertengkar dengan Teman atau Saudara
Rebutan mainan, saling menyalahkan, atau bahkan memukul adalah perilaku umum yang sering memicu konflik kecil di rumah atau sekolah.
- Berteriak di Tempat Umum
Anak kecil sering lupa menjaga suara mereka di tempat yang membutuhkan ketenangan, seperti di restoran atau perpustakaan, yang bisa membuat orang dewasa merasa malu atau terganggu.
- Berkelakuan Kasar
Memukul, menggigit, atau mencubit bisa terjadi ketika anak belum memahami cara mengekspresikan kemarahan atau rasa frustasi secara tepat.
- Merengek Terus-Menerus
Merengek untuk meminta sesuatu, terutama jika permintaan tidak segera dituruti, bisa terasa sangat menjengkelkan bagi orang dewasa.
- Mencoret-Coret di Tempat yang Tidak Semestinya
Misalnya, menggambar di dinding rumah atau barang berharga lainnya, yang biasanya dilakukan karena dorongan kreativitas mereka belum diarahkan.
- Suka Membantah
Anak-anak yang mulai memahami konsep "kebebasan" kadang menjadi lebih sering membantah perintah, meskipun alasannya tidak masuk akal.
- Memilih-Milih Makanan
Menolak makanan tertentu atau hanya mau makan makanan favorit bisa menjadi tantangan besar saat jam makan.
- Mengganggu Saat Orang Dewasa Sibuk
Anak kecil sering mencari perhatian dengan cara "mengganggu," seperti memanggil terus-menerus atau melakukan hal-hal yang menarik perhatian.
Tips Menghadapi Perilaku Ini:
- Sabar dan Konsisten: Anak-anak belajar dari respons orang dewasa, jadi tetap tenang dan tegas.
- Berkomunikasi dengan Jelas: Jelaskan alasan aturan atau konsekuensi dari tindakan mereka.
- Alihkan Perhatian: Ketika anak mulai bertingkah, alihkan perhatian mereka ke aktivitas lain.
- Berikan Contoh yang Baik: Anak meniru perilaku orang dewasa, jadi tunjukkan sikap yang diharapkan.
- Apresiasi Perilaku Positif: Berikan pujian ketika mereka berperilaku baik untuk mendorong kebiasaan tersebut.
Perlu diingat bahwa perilaku menyebalkan pada anak kecil adalah bagian dari proses belajar dan eksplorasi mereka. Pendekatan yang sabar dan penuh kasih sayang biasanya lebih efektif dalam menangani hal ini.
Dalam menangani perilaku anak yang beragam kita juga harus bisa menerapkan pemahaman terkait bagaimana menghadapi anak yang sulit diatur. Dalam sebuah jurnal yang berjudul “KELEKATAN DALAM PERKEMBANGAN ANAK” membahas bagaimana perilaku anak sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Dijelaskan bahwa tokoh yang mencetuskan konsep kelekatan adalah Bowlby. Menurutnya (dalam Santrock) Kelekatan (attachment) adalah suatu ikatan emosi yang kuat antara anak dan pengasuhnya. 4 Pengasuh dapat ibu, baby sitter, ayah atau orang dewasa lain yang mampu memberikan kenyamanan bagi anak. Orang yang dijadikan objek lekat oleh anak dinamakan figur lekat.