“Kring……..!“ telepon rumahku berdering.
Pasti teman Aya, batinku. Teman anakku sering menelepon ke telepon rumah. Kalau teman- temanku atau teman suamiku meneleponnya pasti ke nomor hape.
“Selamat siang bu“ suara seorang laki- laki terdengar di telepon. “Ini dari sekolah anak ibu“.
“Selamat siang“ jawabku. Agak heran juga aku. Kalau ada apa- apa biasanya sekolah Aya selalu menelepon ke nomor hape dan selalu diawali dengan salam “Assalamualaikum“ serta menyebutkan nama.
“Mau memberitahukan bu, anak ibu sekarang ada di rumah sakit karena terjatuh dari tangga didorong oleh temannya“ lanjut laki- laki itu.
Hah…. Aya baru saja keluar rumah minta ijin main ke rumah temannya.
“Di rumah sakit ?” tanyaku. Nada suaraku ragu- ragu.
”Iya bu. Anak ibu didorong temannya di tangga. Dari telinganya keluar darah“ lanjutnya.
“O…. begitu ya…“ jawabku. Dengan nada biasa- biasa saja dan tidak terdengar kepanikan sama sekali. Seolah- olah mendengar gosip yang tidak penting. Lelaki itu langsung menutup teleponnya.
Dalam hati aku berkata, mungkin orang ini sedang training menipu. Tidak profesional sama sekali. Tampak sekali dia tidak melalukan survey dulu pada calon korbannya. Tentu saja sesuatu hal yang dilakukan asal- asalan tidak akan berhasil. Berlaku juga dalam dunia tipu menipu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H