[caption caption="Prabowo bersama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. facebook.com"][/caption]Pemberitaan maupun perbincangan publik terkait Pilkada DKI Jakarta dengan berbagai spekulasi dan opini tentang siapa yang akan menjadi lawan Ahok untuk menjadi orang nomor satu di Jakarta masih terus bergulir. Pembahasan di berbagai media online maupun cetak terkait isu Pilkada DKI menjadi topik yang paling diminati publik.
Baru-baru ini ada satu berita yang cukup menarik di RMOL terkait dengan Ahok ini. Mantan capres 2014 yang juga bos Ahok saat di Gerindra, Prabowo Subianto, yang pernah mendukung Ahok saat pilgub DKI 2012 lalu akhirnya mengeluarkan pernyataan. "Saya ingatkan saja, dulu saya yang calonkan Ahok. Saya ingatkan saja. Saya hanya ingin calonkan pemimpin yang terbaik untuk rakyat".
Prabowo atau dikenal dengan sandi 08 saat masih aktif di militer sepertinya masih belum move on terkait keputusan Ahok keluar dari Gerindra. Buktinya ketika ditanya wartawan mengenai Pilkada DKI Jakarta tiba-tiba langsung ‘nyolot’ mengeluarkan statement terkait Ahok.
Prabowo menyindir bahwa seorang pemimpin harus memiliki jiwa yang jujur, arif, dan baik. Prabowo mungkin masih mengagumi karakter Ahok namun menyayangkan lepasnya Ahok dari kader Gerindra menjadi calon independen. Sebagaimana diketahui Gerindra saat pilkada melahirkan sosok-sosok seperti Ridwan Kamil di Bandung dan Ahok di DKI Jakarta.
Hubungan Ahok dan Gerindra retak saat Ahok tak setuju dengan kebijakan Gerindra mendukung draft revisi UU Pilkada dari pemilihan langsung menjadi pemilihan via DPRD. Ahok juga kerap seolah-olah ‘disituasikan’ sebagai prajurit partai oleh Ketua Gerindra Jakarta, Muhammad Taufik. Hal ini yang ditentang oleh Ahok. Hubungan itu benar-benar pecah saat Ahok menyatakan keluar dari Gerindra pada September 2014.
Melihat sikap Ahok, saya jadi teringat Manuel L. Quezon yang pernah berkata “My loyalty to my party ends where my loyalty to my country begins.” Menurut saya, sikap Ahok ini positif karena jangan sampai partai hanya menjadi kader yang menjadi kepada daerahnya sebagai sapi perah. Bagaimanapun seorang kepala daerah dipilih oleh rakyat.
Merujuk pada sebuah berita yang saya baca di RMOL itu, analis politik Akar Rumput Strategic Consulting (ARSC) Dimas Oky Nugroho menyatakan Prabowo mungkin masih merasa berjasa terhadap suskesnya karir Ahok. Problemnya, dalam situasi saat ini, Ahok sudah menjadi milik publik. Walhasil, pernyataan Prabowo ini tidak memiliki bobot politik dan tidak berdampak apa-apa terhadap pemilih di DKI.
Dimas menyebutkan, keputusan Ahok keluar dari Gerindra tahun 2014 lalu atau memutuskan maju dari jalur independen, adalah hak politik seorang warga negara yang legitimate dalam sistem demokrasi kita. Justru harusnya Gerindra dan partai-partai lain mengambil pelajaran dan mengevaluasi diri atas kejadian itu.
Bukan malah menyalahkan Ahok. Saya setuju dengan pernyataan ini. Dari kasus Ahok vs parpol ini yang harus diambil hikmahnya adalah parpol harus segera mereformasi dirinya. Jika tidak, maka parpol akan menjadi dinosaurus atau hanya digunakan untuk kepentingan pribadi. Padahal untuk memperkuat demokrasi maka kita butuh parpol yang sehat, kuat, terbuka dan demokratis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H