New normal atau normal baru adalah istilah yang sedang hangat diperbincangkan. New normal adalah suatu cara hidup baru atau cara baru dalam menjalankan aktivitas hidup ditengah pandemi covid-19 yang belum selesai. Hal ini dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah kehidupan selama covid-19 dan sebuah adaptasi manusia untuk mempertahankan hidupnya. Contohnya dengan terbiasa mengikuti protokol kesehatan seperti menggunakan masker, melakukan physical distancing, dan rajin mencuci tangan agar tidak tertular virus. Kebiasaan dalam aktivitas pendidikan, pekerjaan, dan bahkan sosial budaya.
        Tidak dapat dipungkiri, masa pandemi memberikan berbagai dampak bagi manusia. Dampak positif dan juga dampak negatif terasa oleh manusia dari lapisan terbawah sampai lapisan atas. Dampak buruk yang terjadi selain merenggut nyawa adalah tidak stabilnya ekonomi, kekurangan pangan, pengaruh terhadap psikologis seperti meningkatnya tingkat kecemasan masyarakat , peningkatan masalah sosial dan munculnya masalah-masalah sosial baru. Dampak-dampak negatif tentu tidak diinginkan untuk terus meluas dan berkepanjangan. Untuk itu perlu ada penanganan dan solusi yang efisien untuk setidaknya meminimalisir dampak tersebut. Selain penanganan dari pemerintahan yang merupakan keorganisasian besar yang mengelola kelompok masyarakat perlu pula usaha dari individu itu sendiri. Karena sejatinya keorganisasian membentuk sebuah sistem kesatuan, dimana tidak akan bergerak maju jika elemen-elemen atau anggota-anggotanya tidak bergerak. Apalagi jika setiap elemen atau anggota bergerak ke arah yang berbeda-beda. Maka sistem tidak akan berjalan dengan baik sehingga visi atau tujuan yang diinginkan tidak akan tergapai.
        Kepemimpinan merupakan suatu keterampilan praktis yang mencakup kemampuan seseorang atau sebuah organisasi untuk "memimpin" atau membimbing orang lain, tim, atau seluruh organisasi. Tidak semua pemimpin memiliki kepemimpinan yang baik dan tidak semua orang yang memiliki kepemimpinan yang baik menjadi pemimpin. Teori di era awal sampai 1950 sering menyebutkan bahwa pemimpin itu dilahirkan. Sehingga takdir yang menetapkan seseorang pemimpin atau bukan. Tetapi penelitian-penelitian terus berkembang dan membantah teori tersebut. Pemimpin bukan sekadar takdir yang melekat pada seseorang tapi harus dimunculkan dan diasah.
        Setiap individu minimal perlu untuk memimpin dirinya sendiri dan hal ini diperlukan untuk mencapai tujuan yang lebih besar dalam kelompok masyarakat secara luas atau bahkan negara. Sikap kepemimpinan diperlukan untuk mencapai tujuan, menggerakkan sistem untuk menggapai keberhasilan mencapai tujuan. Maka setiap individu perlu untuk meng-upgrade kepemimpinannya untuk dapat menjadi salah satu elemen dalam sistem untuk menuju tujuan dan juga dalam interaksi interpersonal dan kontak sosialnya, individu yang bukan pemimpin tapi dapat memberikan kepemimpinan sehingga akan berdampak pada individu yang lain dalam kelompok sosial tersebut.
        Salah satu teori kepemimpinan yaitu teori kepemimpinan transformasional dari Burns (1978) memiliki 4 komponen yaitu pengaruh idealis, motivasi yang memberi inspirasi, stimulasi intelektual, dan pertimbangan individual. Pengaruh idealis yaitu sikap yang menunjukkan standar perilaku etika dan moral sehingga dapat dipercaya oleh individu lain. Dalam situasi new normal dimana etika dan moral bisa memiliki standar ganda diperlukan petunjuk untuk standar yang benar. Kekonsistenan dan tidak sewenang-wenang dalam idealistis akan menghasilkan kepercayaan sehingga akan dapat diikuti dan dihormati.
        Motivasi adalah penggerak. Selain berdampak untuk kemajuan diri individu, motivasi pun dapat memberikan inspirasi yang membuat individu lain antusias dan lahirlah optimisme. Dalam masa new normal, dampak terhadap psikologis masih akan terasa, kecemasan dan rasa pesimis masih hinggap apalagi di masa new normal akan diperlukan adaptasi terhadap banyak hal. Maka optimisme perlu untuk hadir dan ditularkan.
Stimulus intelektual merupakan upaya mendorong individu untuk menjadi inovatif dan kreatif dengan menggunakan rasionalisasi. Setiap individu sebagai manusia diberikan akal untuk dapat berpikir rasional tetapi hal ini perlu mendapatkan stimulus untuk berkembang. Bagaimana pada situasi new normal tentu akan terdapat perbedaan-perbedaan pendapat, namun dengan intelektual atau rasionalisasi akan didapatkan pertimbangan yang lebih kuat.
        Pertimbangan individual lebih menekankan pada hubungan interpersonal atau hubungan individu dengan individu lainnya. Dimana dalam masa new normal yang akan memiliki perbedaan pendapat, masalah baru, kebutuhan baru dalam kelompok masyarakat diperlukan hubungan interpersonal yang baik sehingga masyarakat dapat bertoleransi, tidak menutup telinga, dan peduli sehingga tidak terjadi perpecahan yang mengakibatkan situasi menjadi semakin memburuk atau bahkan menghasilkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
        New normal yang mau tidak mau akan datang perlu kita hadapi dengan menumbuhkan sikap kepemimpinan. Membawa diri kita dan keluarga untuk selamat secara fisik dan psikologis. Lebih luas lagi dapat membawa masyarakat kedalam tujuan tersebut dan membuat masa pandemi benar-benar berakhir.
Penulis: Mufaridah Fauziah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H