Mohon tunggu...
KIRANIA PUTRI IFTINAH ZAFIR
KIRANIA PUTRI IFTINAH ZAFIR Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

hobi foto dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keringat di Telapak tangan, Harapan di Ujung Mata

3 Desember 2024   21:07 Diperbarui: 3 Desember 2024   21:11 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mentari pagi merangkak naik, menyapa bumi dengan hangat. Embun pagi masih menempel di dedaunan, seakan enggan meninggalkan kesejukan malam. Di sebuah rumah sederhana di pinggiran kota, Ardi, seorang pemuda bertubuh kekar, sudah bersiap untuk memulai harinya. Ia bukan seorang pekerja kantoran, bukan pula pengusaha sukses. Ardi adalah seorang tukang becak, pekerja keras yang mengandalkan keringat untuk menghidupi keluarganya. 

Setiap pagi, Ardi selalu berdoa sebelum memulai pekerjaannya. Ia membaca beberapa ayat suci Al-Quran, salah satunya adalah hadits yang selalu terngiang di benaknya: "Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang bekerja keras." Hadits itu menjadi penyemangatnya, membuatnya yakin bahwa setiap tetes keringat yang tercurah akan dibalas setimpal oleh Allah. Ardi bukanlah orang yang mudah menyerah. Ia selalu berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada para penumpangnya. 

Ia tak pernah mengeluh, meskipun terkadang harus berpanas-panasan di bawah terik matahari, atau kehujanan di tengah derasnya air. Baginya, setiap penumpang adalah rezeki yang diberikan Allah. Ardi memiliki istri tercinta, bernama Wati, dan seorang anak kecil bernama Alif. Wati adalah wanita sederhana yang selalu mendukung Ardi dalam segala hal. Ia selalu mengingatkan Ardi untuk tetap bersemangat dan sabar dalam menjalani hidup. Alif, anak kecil yang lucu dan ceria, menjadi penyemangat tersendiri bagi Ardi. Setiap kali melihat senyum Alif, semangat Ardi kembali berkobar. "Ayah, kapan kita bisa punya rumah baru?" tanya Alif suatu sore, saat Ardi pulang dari bekerja. "Sabar ya, Nak. Insya Allah, kalau Ayah terus bekerja keras, kita pasti bisa punya rumah baru yang lebih bagus," jawab Ardi sambil mengelus kepala Alif. 

Ardi memang bermimpi untuk bisa memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya. Ia ingin memiliki rumah yang layak, agar Wati dan Alif tidak lagi harus tinggal di rumah sederhana yang mereka tempati saat ini. Ia juga ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi Alif, agar kelak ia bisa menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan agama. Suatu hari, Ardi bertemu dengan seorang pengusaha kaya bernama Pak Haris. Pak Haris adalah pelanggan tetapnya, yang sering menggunakan becaknya untuk pergi ke kantor. 

Pak Haris selalu kagum dengan semangat dan kerja keras Ardi. Ia pun penasaran dengan cerita di balik semangat Ardi. "Ardi, kenapa kamu selalu terlihat begitu semangat dalam bekerja?" tanya Pak Haris suatu pagi. "Pak, saya percaya bahwa setiap usaha yang kita lakukan dengan ikhlas dan penuh semangat akan mendapat balasan dari Allah," jawab Ardi sambil tersenyum. "Saya selalu ingat hadits tentang bekerja keras, Pak. Itu yang membuat saya terus bersemangat." Pak Haris terdiam sejenak, merenungkan jawaban Ardi. Ia pun terinspirasi oleh semangat Ardi yang tak kenal lelah. Ia pun berjanji untuk membantu Ardi dalam mengembangkan usahanya. 

Beberapa bulan kemudian, Ardi sudah memiliki tiga buah becak. Ia juga mendapatkan pinjaman modal dari Pak Haris untuk membuka usaha kecil-kecilan di dekat rumahnya. Ardi semakin bersemangat, ia bekerja keras untuk meraih cita-citanya. Ia ingin membuktikan bahwa dengan kerja keras dan keikhlasan, seseorang bisa meraih kesuksesan. Kisah Ardi mengingatkan kita bahwa kerja keras adalah kunci menuju kesuksesan. Setiap tetes keringat yang kita curahkan akan menjadi ladang pahala di sisi Allah.  Seperti yang tertuang dalam hadits, Allah mencintai hamba-Nya yang bekerja keras.  Maka, marilah kita belajar dari Ardi, untuk selalu semangat dalam bekerja dan menjadikan kerja keras sebagai jalan menuju kesuksesan dan ridho Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun