Mohon tunggu...
Kirani Lutviyavani
Kirani Lutviyavani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Polemik Masuknya Sastra dalam Kurikulum

21 Juni 2024   12:33 Diperbarui: 21 Juni 2024   12:44 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan dasar merupakan awal dari pembentukan karakter dan pengetahuan anak-anak. Ilmu sastra yang dimasukkan ke dalam kurikulum di sekolah dasar memiliki peran dalam mengembangkan imajinasi, empati, dan kemampuan berpikir kritis para siswa. Melalui bacaan sastra, anak-anak dapat belajar memahami berbagai situasi dan emosi, serta mengenali berbagai tokoh dan latar belakang cerita.

Program "Sastra Masuk Kurikulum" merupakan bagian dari Episode Merdeka Belajar ke-15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Program ini bertujuan untuk memperkuat kompetensi dan budaya literasi membaca, sesuai dengan salah satu tujuan Kurikulum Merdeka yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 12 Tahun 2024.

Sastra yang dimasukkan dalam kurikulum SD memiliki beberapa kelebihan. Pertama, cerita yang disajikan disesuaikan dengan usia dan pemahaman anak-anak, sehingga mereka dapat dengan mudah menyerap pesan yang disampaikan. Kedua, melalui bacaan sastra, anak-anak bisa belajar tentang bahasa dan meningkatkan keterampilan berbahasa mereka, baik lisan maupun tulisan. Ketiga, sastra membantu mengembangkan daya kreativitas anak, karena mereka diajak untuk berimajinasi dan merenungkan cerita yang mereka baca. Keempat, bacaan sastra anak dapat membantu mengembangkan pendidikan karakter, melalui tokoh-tokoh dalam cerita, anak dapat belajar tentang empati, keberanian, kejujuran, dan nilai-nilai kehidupan lainnya. Selain itu, bacaan sastra anak untuk SD yang ditawarkan di sastra masuk kurikulum sudah dikemas cukup menarik, sehingga para siswa akan tertarik untuk membaca buku sastra yang sudah tersedia. Buku bacaan sastra juga sudah tersedia di Sistem Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) yang dapat diakses secara online sehingga bisa dibaca kapan dan di mana saja.

Meskipun memiliki banyak manfaat, memasukkan sastra dalam kurikulum SD juga menimbulkan polemik. Salah satu tantangan utama adalah pemilihan bacaan yang tepat. Tidak semua karya sastra cocok untuk anak-anak, karena beberapa bacaan mungkin mengandung tema yang terlalu rumit untuk dipahami atau tidak sesuai dengan nilai-nilai yang akan ditanamkan pada anak-anak. Oleh karena itu, pemilihan bacaan harus dilakukan dengan cermat dan mempertimbangkan aspek pendidikan dan budaya. Selain itu, tidak semua guru memiliki keahlian dalam mengajarkan sastra. Keterbatasan ini bisa mengakibatkan pembelajaran sastra menjadi tidak efektif dan tidak menarik bagi siswa.

Memasukkan sastra dalam kurikulum dapat membawa dampak positif dan negatif. Di satu sisi, siswa dapat memperoleh banyak manfaat dari segi penalaran, emosional, dan sosial. Di sisi lain, perlu adanya penyesuaian dalam metode pengajaran dan pemilihan bahan bacaan yang sesuai dengan usia dan tingkat pemahaman siswa. Maka dari itu, pelatihan bagi guru untuk mengajarkan sastra dengan efektif menjadi hal yang sangat diperlukan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun