“Apa itu Estimologi?” ini pasti merupakan pertanyaan yang muncul ketika anda mempelajari filsafat di sekolah maupun di perkuliahan.Jadi mari kita bahas yang dimaksut Epistemologi.
Jadi Epistemologi bisa dikatakan cabang utama filsafat. Mempelajari studi tentang apa itu pengetahuan dan bagaimana manusia dapat memperoleh pengetahuan tentang realitas: bagaimana kita mengetahui apa yang kita ketahui? Epistemologi adalah disiplin akademis penting yang tidak hanya berhubungan dengan filsafat tetapi juga dengan hal-hal seperti ilmu kognitif, historiografi, dan bahkan mekanika kuantum.
Awalmula Epistemologi asalnya dari bahasa Yunani yaitu “Episteme” yang berarti pengetahuan serta “Logos” yang berarti ilmu. Jadi keilmuan ini yang dikaji ada sumber pengetahuan, metode, struktur, dan kebenaran dari pengetahuan.
Jenis Epistemologi
Ada beberapa jenis epistemologi, atau lebih tepatnya, beberapa pendekatan berbeda terhadap penyelidikan epistemologis. Meskipun ada banyak nama spesifik untuk pendekatan ini, epistemologi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua aliran pemikiran utama: empirisme dan rasionalisme. Kebanyakan dari para filsuf yang mempelajari epistemologi pada akhirnya mendukung salah satu aliran pemikiran ini dibandingkan aliran pemikiran lainnya. Sementara empirisme menekankan kemampuan manusia untuk belajar tentang realitas menggunakan indranya, contohnya kita tahu bahwa sop ayam itu panas karena kita memegang panci sop diatas kompor. Rasionalisme berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari pemikiran rasional dan bukan dari dunia luar, contohnya kita tahu bahwa hasil dari 5 ditambah 5 adalah sepuluh tanpa kita menggunakan jari untuk menghitungnya.
Selain memiliki jenis, Epistemologi juga memiliki poin-poin utama, yaitu :
Pertama, Teori Kebenaran atau bisa juga disebut dengan Teori Korespondensi. Teori ini merupakan teori yang menyatakan kebenaran dari suatu pernyataan yang akan dianggap benar apabila sesuai dengan fakta yang ada. Fakta yang ada ini harus berdasarkan fakta yang obyektif. Fakta obyektif merupakan informasi yang kebenarannya dapat dibuktikan dengan melalui panca indra kita, seperti dapat dilihat, didengar, dirasa. Salah satu contoh dari Teori Korespondensi dalam kehidupan sehari-hari yakni, bahwa matahari yang tenggelam di sore hari itu ke arah barat dan matahari yang terbit pada pagi hari itu dari arah timur.
Didalam Teori Kebenaran ada juga yang namanya Teori Koherensi. Teori Koherensi adalah teori yang kebenarannya dapat di buktikan dengan melihat pernyataan lain karena harus berhubungan dan tidak bertentangan. Salah satu contoh dari Teori Koheransi dalam kehidupan sehari hari yakni, semua makhluk hidup memerlukan makan dan minum, jika Dika memiliki Kelinci, maka Dika dan kelincinya memerlukan makan dan minum untuk bertahan hidup.
Lalu ada Teori Pragmatis yang juga masuk kedalam Teori Kebenaran. Teori Pragmatis merupakan teori kebenaran bahwa suatu pernyataan itu akan dianggap benar jika memiliki fungsi. Salah satu contoh dari Teori Pragmatis dalam kehidupan sehari hari yakni, pengetahuan tentang cara menjahit baju dianggap benar karena bisa digunakan oleh para penjahit untuk menghasilkan baju.
Kedua, Skeptisisme yang akan memunculkan pertanyaan apakah kita bisa mengetahui sesuatu dengan benar dan pasti. Contoh dalam kehidupan sehari hari yaitu, saat berbicara dengan teman kita meragukan kebenaran saat teman kita becerita.
Ketiga, Relativisme merupakan kepercayaan bahwa kebenaran tergantung sudut pandang masing – masing orang. Contohnya saat orang yang tidak menyukai rasa matcha akan menganggap rasanya pahit seperti rumput, berbeda dengan orang yang menyukai rasa matcha akan menganggap rasanya enak.
Bagi sebagian besar filsuf modern, mereka telah membahas Epistemologi hingga mempersempit menjadi tiga kriteria utama yang harus dipenuhi untuk memastikan bahwa suatu keyakinan dapat dianggap sebagai pengetahuan. Ada tiga contoh utama atau kondisi epistemologi: kebenaran, kepercayaan, dan pembenaran. Pertama-tama, kebenaran terjadi ketika proposisi yang salah tidak dapat dilihat. Oleh karena itu, agar sesuatu dapat dianggap sebagai pengetahuan, ia haruslah bersifat benar. Selain itu, kebenaran harus berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Sebagai contoh, kebohongan tidak bisa menjadi kebenaran karena tidak faktual dan salah.
Maka kesimpulan yang dapat diambil dari Epistemologi adalah studi tentang perolehan pengetahuan. Epistemologi melibatkan kesadaran akan aspek-aspek tertentu dari realitas, dan berusaha menemukan apa yang diketahui dan bagaimana hal itu diketahui. Selain itu, epistemologi menjelaskan mengapa pikiran kita berhubungan dengan realitas dan bagaimana hubungan ini valid atau tidak valid. Hal ini diperlukan untuk membedakan antara kebenaran dan kepalsuan saat kita memperoleh pengetahuan dari dunia di sekitar kita. Salah satu pertanyaan utama yang ajukan adalah: "dari mana asal muasal pengetahuan?" Banyak filsuf berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari akal. Dengan demikian, manusia memiliki kemampuan untuk bernalar, dan memiliki kekuatan untuk mengetahui. Namun ada juga filsuf yang berpendapat bahwa manusia hanya menjadi berpengetahuan ketika mereka mengalami situasi kehidupan, seperti menonton film atau memainkan alat musik. Para filsuf ini bersikeras bahwa manusia hanya dapat belajar ketika ia mengalami kehidupan melalui indranya sendiri. Maka kita membutuhkan epistemologi untuk menerima kenyataan dan menjalani hidup kita dengan sukses mengejar kebenaran
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H