Mohon tunggu...
Kirana Catur Y
Kirana Catur Y Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Virus Terompet Tahun Baru

30 Desember 2015   17:13 Diperbarui: 30 Desember 2015   17:26 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pergantian tahun yang akan datang besok malam  tentu uforianya sangat terasa bagi kita semua. Bukan lagi, jalan kota yang biasanya lengang tenang dan hanya ada beberapa mobil dan motor seketika menjadi ramai riuh bergemuruh. Hal ini sangat terasa karena selain macet dimana-mana, ramai di hampir semua sudut kota juga terdapatnya pedagang terompet tahun baru yang berjejar di sepanjang pinggir jalan menambah sensasi tahun baru. Berbicara mengenai terompet tahun baru yang memang menjadi khas barang yang selalu ada di tahun baru, namun sempatkah anda para penikmat suara merdu terompet berfikir bahwa terompet tahun baru itu berbahaya bagi kita?

Berbahaya di sudut mana nya? Dia membawa kebahagiaan, wujud kebahagiaan kita untuk menyambut tahun baru bukan? Ya memang benar. Tetapi mari coba kita usut lebih dalam mengenai teronpet tahun baru. Terbuat dari apakah terompet tersebut, bahan yang higienis atau bukan. Bagaimana cara membuatnya? Bisa saja terompet tahun baru dibuat dari kertas-kertas bekas yang sudah tertumpuk begitu lama yang bisa dibilang sudah lapuk. Lalu cara membuatnya, kita tidak tahu apakah dalam pembuatannya kertas terompet tersebut dicampur oleh zat-zat tertentu atau tidak. Dan satu lagi yang paling-paling harus kita pikirkan yaitu untuk mengetes apakah terompet itu dapat berbunyi atau tidak yaitu dengan meniup terompet tersebut. Meniup dengan mulut siapa? Pembuatnya? Penjualnya? Pembeli yang hanya melihat - lihat? Anda termasuk juga mungkin?

Sekedar mengingatkan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanudin (UNHAS), Yusring Nasusi Baso SS MA, berbagi tautan di Grup Facebook  IKA SASTRA ARAB UNHAS,

“Sebentar lagi banyak diantara saudara-saudara kita, anak-anak kita, dan hampir seluruh penduduk bumi ikut merayakan pergantian tahun dengan berbagai macam cara. Salah satunya terompet,” tulis Yusring.

Nah lanjut Yusring, bisa jadi mereka mengidap penyakit-penyakit menular bahkan mengidap HIV/AIDS. “Bayangkan betapa cepatnya penyebaran ‘virus’ yang tak terlihat mata itu, betapa mengerikannya efek jangka panjang yang ditimbulkan oleh sebatang terompet,” tulis Yusring.

 

Ngeri memang apabila kita sudah membayangkan hingga sejauh ini. Namun inilah faktanya, bisa saja mereka si pembuat, penjual, dan pembeli yang hanya melihat - lihat mengidap kanker mulut, kanker lidah, hepatitis dengan ini anda bisa saja tetular juga kanker mulut, infeksi, dan berbagai macam penyakit lainnya tersebut. Bukan bermaksud untuk menjauhkan rezeki mereka para penjual terompet. Ini adalah bentuk kewaspadaan kita, jangan karena terompet sudah menjadi hal yang khas atau identik  untuk tahun baru untuk itu pula anda rela tertular atau terkena penyakit. Apalagi, kebanyakan dari penikmat terompet tahun baru adalah mereka anak-anak. Tak terbayangkan, pertahanan tubuh anak-anak masih rentan-rentannya yang berarti itu akan sangat dengan mudahnya mereka terkena virus.

Memang sangat sulit untuk merubah apa atau suatu hal yang sudah menjadi tradisi dan kebiasaan. Namun marilah kita mulai dari diri kita sendiri, menjaga diri kita dan keluarga kita. Dapat kita alihkan tradisi tersebut ke melihat pesta kembang api atau membelikan mainan lain yang dapat mengecoh mereka agar tidak mengenal terompet. Namun sekali lag bukan beemaksud menghinakan terompet tahun baru. Kita hanya meningkatkan kewaspadaan kita tentang fenomena yang sedang terjadi. Karena kesenangan sesaat tidak akan ada artinya apabila setelahnya akan menderita selamanya. Terbaca lebay memang, namun waspada tak ada salahnya bukan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun