Bedah Buku "Religiositas Dari Layar Kaca (Potret Program Siaran Religi Di Televisi Indonesia)" oleh Alip Yog Kunandar, M.Si.,Harmonis. Ph.D., dan Dr. Bono Setyo. Dilaksanakan di Interactive Center (IC), Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Acara ini berlangsung mulai pukul 13.00 hingga pukul 15.00.
Acara dibuka dengan sambutan oleh Ubaidillah, yang merupakan Ketua KPI Pusat, dan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Dr. Mochamad Sodik, M.Si. Dalam sesi sambutan, Bapak Ubaidillah menyampaikan bahwa pemilihan tema religi yang diberikan kepada UIN Sunan Kalijaga ini merupakan hal yang sesuai. Dimana UIN Sunan Kalijaga sendiri merupakan universitas yang mengedepankan religiositas sesuai dengan bedah buku yang berkaitan dengan tema religiositas.
Sambutan dari Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Dr. Mochamad Sodik, M.Si., pun memaparkan bahwa religiositas itu bukanlah hal yang mudah. Perlu adanya pengembangan mengenai religiositas ini agar tidak terlarut karena meskipun kita sendiri mempunyai cara ibadah atau beragama, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa ada cara beragama yang lebih baik.
Masuk ke acara inti yaitu, pemaparan materi yang dimoderatori oleh Krysna Yudi Nusantari, M.Si., dosen Prodi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora. Dalam pemaparan materi ini, dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama adalah penyampaian poin dari buku oleh penulis, yang diwakili oleh Alip Kunandar, M.Si. Sesi kedua adalah pembahasan oleh pembedah yaitu, Rendra Widyatama S.I.P., M.Si., Ph.D., Amin Shabana sebagai Komisioner KPI Pusat, dan Dr. Waryani Fajar Riyanto, M.Ag. sesi ketiga adalah sesi tanya jawab.
Pada sesi pertama, Pak Alip menyampaikan bahwa beliau diajak oleh Pak Bono untuk menulis buku yang ditujukan untuk program berita. Namun, kemudian mendapatkan kabar untuk menulis buku dengan tema religi dari KPI. Hal ini karena UIN Sunan Kalijaga merupakan universitas ysng tepat untuk membahas hal ini.
Beliau menyampaikan alasan pemilihan judul "Religiositas Dari Layar Kaca (Potret Program Siaran Religi Di Televisi Indonesia)" adalah Bahwa mereka ingin melihat apakah betul program siaran religi adalah cara baru untuk menjadi Soleh melalui televisi. Kebetulan memang tema yang diminta oleh KPI yaitu mengenai potret. Potret di sini ialah apa yang dipotret atau dilihat dari program siaran televisi tersebut. Awalnya program siaran religi di televisi ditayangkan oleh TVRI tetapi program tersebut terkesan membosankan dan hanya sebuah tuntutan untuk menghadirkan adanya program religi. Namun, program religi ini semakin berkembang setelah munculnya televisi swasta karena mereka berupaya untuk melakukan inovasi agar program acara terlihat lebih menarik.
Namun, terdapat sisi yang dianggap mengkhawatirkan dari program siaran religi di televisi. Pada awalnya program religi ini dianggap sebagai tuntutan moral dan setelah adanya inovasi dalam menjalankan program tersebut, religi di sini mulai dianggap sebagai segmen pasar. Dijelaskan bahwa mulai muncul peristiwa yang dianggap melampaui batas yaitu adanya komodifikasi atau membuat nilai guna atau barang menjadi nilai jual. Nah, menurut isi buku tersebut ada beberapa komodifikasi yang terjadi, sebagai berikut.
- Komodifikasi agama sendiri cukup sering terjadi di acara ceramah-ceramah di televisi yaitu menyandingkan ajaran agama dengan hiburan.
- Komodifikasi tokoh agama yaitu apabila seorang tokoh agama dilibatkan dalam program acara maka ia bukanlah lagi tokoh agama yang terlihat tetapi sebagai bintang.
- Komodifikasi khalayak yaitu menjadikan khalayak sebagai pasar dari program siaran religi.
Kemudian buku ini juga memaparkan mengenai isu-isu yang berkaitan dengan program siaran religi di televisi, sebagai berikut.
- Tidak semua siaran atau saluran televisi menampilkan program acara bagi semua agama.
- Isu mengenai kesetaraan gender, di mana pengisi acara program siaran religi ini lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan tapi, kemudian mulai muncul beberapa penceramah perempuan yaitu Mamah Dedeh juga ustadzah Oki Setiana Dewi.
- Sertifikasi pengisi acara di mana terdapat program siaran religi yang terkesan mistik di mana berisi konten ruqyah.
Sesi kedua yaitu, pembedahan buku yang diawali oleh Bapak Amin Shabana. Beliau menyampaikan saran, perlunya untuk melibatkan penulis non-muslim memberikan detail program siaran religi selain dari agama Islam. Beliau juga menyampaikan kritik bahwa dalam buku ini belum dijelaskan secara mendetail mengenai fenomena munculnya ustad selebritas yang lebih diminati oleh masyarakat. Pak Amin juga menyampaikan bahwa program siaran religi di televisi itu banyak mengangkat budaya pop tetapi memiliki sedikit materi mengenai religi di mana nilai religi tersebut hanya diletakkan sebagai rangkuman atau kesimpulan di akhir acara. Bagi Pak Amin buku buku tersebut bisa memberikan masukan bagi P3-SPS, juga dapat membantu KPI untuk memutuskan Langkah selanjutnya program siaran religi di televisi.