Sebelum mendapatkan tips and tricknya mari kita mengenal dulu sosok pencetus dari teori ini, semata2 agar kita tidak meremehkan apa yang dia katakan.
Bernama Cristian Snouck Hugranje lahir di Belanda dari keluarga seorang pendeta. Berhasil meraih gelar doktor pada kajian ilmu perbandingan agama dari universitas Leiden dengan desertasi mengenai ritual haji. 1884 pergi ke Jeddah, Arab Saudi untuk mendalami kebudayaan islam selama 5 bulan [1], dilanjutkan dengan menyamar dengan identitas sebagai muslim bernama Abdul Ghafur setelah mendeklarasikan syadat di depan qadhi jeddah.
[2] kemudian mendiami mekkah selama 7 bulan untuk mempelajari detail-detail kebudayaan islam di tempat dimana seluruh orang muslim dari segala penjuru dunia bertemu di tambah ke intiman kawasan tanah haram yang memang secara hukum islam tidak boleh dimasuki oleh non-muslim menjadikan snouck benar2 belajar di tempat yang sangat strategis (bisa bertahan di mekkah dan di percaya oleh para alim-ulama disana maka kita bisa berasumsi bahwa kefasihan bahasa Arab dan kedalaman ilmu fiqh seorang snouc bukan lah dlm tingkatan yang main2)
1888 proposal penelitiannya terkait daerah Hindia-Belanda (indonesia saat ini) disetujui dan didanai oleh pemerintah Belanda. Snocuk pertama kali bertugas di pulau jawa, disini kepintaran agama dan kamuflasenya berhasil membuat beliau direstui (bahkan terkesan dijodohkan) untuk menikahi anak tunggal dari penghulu besar ciamis [3]. Kemudian Juli 1891 - Februari 1892 snouck menyamar di Kuta Raja, Nangroe Aceh (jantung kerajaan kesultanan aceh).Â
1892 kembali ke batavia memberikan laporan hasil pengamatan nya yang kemudian menjadi buku de atjeher setebal 2 jilid. 1906 kembali ke belanda menjadi guru besar (profesor) di universitas leiden dan merangkap sebagai penasehat menteri daerah jajahan belanda (jabatan ini tetap di pegangnya sampai wafat tahun 1936, gg emang) serta dianugerahi gelar kehormatan doctor honoris causa di belanda atas jasanya dlm membantu belanda memahami dinamika sosial masyarakat muslim di daerah2 jajahannya.
Sebagai seorang sosiolog dan praktisi yang terjun langsung ke tengah2 masyarakat islam (bahkan sampai ke mekkah dan jantung kesultanan aceh), snouck menemukan suatu rahasia kekuatan sekaligus kelemahan dari masyarakat muslim.
Menurut Snouck keislaman dalam masyarakat itu dibagi menjadi 3 bagian
(1). Peribadahan
(2). Hukum dan ekonomi
(3). Politik
Untuk point 1 Snouk memberikan masukan pada pemerintah belanda bahwa dalam hal ibadah pemerintah belanda tidak perlu takut dan tidak boleh pula melarang2 hal tersebut, peribadahan ummat islam (shalat, puasa, zakat, haji) tidak lah berbahaya bagi kelangsungan penjajahan dan kolonialisme bahkan snouc menyarankan agar pemerintah mendukung dan membantu masyarakat dlm melaksanakan ritual2 keagamaan tersebut dengan memperbaiki masjid2 ummat islam. Sebaliknya, pelarangan ibadah lah yang akan menyebabkan pemerintah belanda semakin di musuhi oleh ummat islam.
Dalam hal hukum dan ekonomi snouk memberikan masukan yang sedikit lebih ketat bahwa pemerintah belanda harus berusaha meredam pengaplikasian hukum islam dengan membantu masyarakat dalam mempertahankan hukum2 adat mereka.
Snouck juga meminta pemerintah belanda untuk mengawasi masjid2 yang memiliki kas yang digunakan untuk tujuan produktif. Untuk hal ini juga snouck meminta pemerintah belanda untuk menyediakan pendidikan asosiasi, dmn para bangsawan aceh disekolahkan di sekolah belanda sehingga mereka mendapatkan pola pendidikan dan juga cara pikir bangsa barat sehingga kedepan masyarakat aceh akan terpecah dengan sendirinya karena setelah para murid2 ini dewasa mereka akan menjadi panutan dikalangannya.