Sementara itu, Pardi memilih berjalan ke warung terdekat. Dalam perjalanannya, beberapa bisikan ibu-ibu sekitar terdengar, sapaan cemooh karena penampilannya pun semakin terdengar jelas dari anak-anak sekolah yang berpapasan, namun pria itu sudah terbiasa, ia memilih membiasakan diri dipandang pecundang sebab dalam versi lain dirinya pun hampir tak ambil pusing dengan segala komentar.
Warung yang terletak tidak jauh dari rumahnya itu baru saja buka, bahkan sang pemilik masih beberes menyiapkan dagangan, dan sialnya Pardi lah pelanggan pertamanya.
"Beli rokok, bu..."
"Bela, beli... tuh utang lu kemaren belum dibayar..."
"Ya elah, cuma 20 ribu doang, kecil itu mah..."
"20 ribu doang? Kecil?? mampu bayar ga?!"
"Bawel amat siih, tinggal kasih gue rokok deh... gue udah bawa duit nih..."
"Bayar dulu utang lu, gembel...!"
"Iya nanti gue kesini lagi, mana rokonya?!"
Dengan terpaksa ia memberikan sebungkus rokok termurah di warung itu, meski ada sedikit cekcok, tak ada yang hambatan dalam transaksi ini.
***