Makoto Shinkai," dalam posternya. Hal ini tentu menciptakan berbagai ekspektasi megingat bagaimana suksesnya Makoto Shinkai dengan Kimi no Na wa-nya tujuh tahun silam.
Sejak tayang di bioskop Indonesia 8 Maret lalu, Suzume seakan menjadi fenomena. Narasi yang mereka bawakan pun cukup ikonik karena menyebut "From The Director of Your Name (Kimi no Na wa),Saat melangkahkan kaki ke Bioskop, berbagai spekulasi dan asumsi hilir mudik di kepala saya, terutama tentang bagaimana romantisasi bencana ala Makoto Shinkai ini tersaji dalam Suzume no Tojimari.
Semuanya terjawab begitu saya menghabiskan sekitar 2 jam di bangku bioskop.
Sebelum itu, perlu dijelaskan mengenai bagaimana premis utama dalam film Suzume no Tojimari ini.
Suzume no Tojimari adalah film anime garapan sutradara sekaligus animator terkenal, Makoto Shinkai. Menceritakan petualangan tidak sengaja remaja perempuan berusia 17 tahun bernama Suzume dalam menutup gerbang-gerbang bencana bersama seorang "penutup" bernama Souta.
Secara keseluruhan, Suzume tampil kosisten dengan romatisasi bencana dan isu lingkungan seperti pendahulunya, yaitu Kimi no Na wa dan Tenki no Ko. Dilihat dari penampakan tokoh utama pun, Suzume kembali menampilkan karakter dengan latar belakang kompleks sebagai seorang remaja yang dibesarkan sang bibi karena memiliki semacam trauma karena ditinggal meninggal sang ibu karena bencana alam didaerah pesisir yang diasumsikan mengambil kasus tragedi tsunami terhebat Tauhoku pada 2011 silam.
Pendekatan visual Makoto Shinkai di film ini terasa berbeda dari karya-karya sebelumnya. Desain karakter dalam Suzume jauh lebih tegas dan mendekati apa yang diperlihat dalam berbagai movie anime karya studio Ghibli. Meski jika dibandingkan dengan karya-karya seperti Kimi no Na wa atau Tenki no Ko, Suzume memiliki beberapa persamaan secara visual.
Tidak hanya aspek visual, dari penceritaan pun bisa dikatakan mirip. Sebab, meski memiliki elemen romansa khas karya Makoto-sensei, namun dalam film ini, nampaknya beliau cukup konsen dengan unsur fantasi dan dramatisasinya, serta menjadikan romansa didalamnya hanya bagian dari pemanis cerita. Hal yang cukup mirip seperti yang biasa kita saksikan dalam film anime karya studio Ghibli.
Meski begitu, Suzume bisa dikatakan menyajikan tema First Love yang cukup sempurna. Kita tidak melihat kisah seorang yang cintanya tidak terbalas seperti Byousoku 5 Centimeter, atau pengejaran cinta yang berujung pengorbanan satu umat seperti yang diperlihatkan Tenki no Ko. Dalam Suzume, love interest sang tokoh utama berkorban dengan kepasrahan, namun sang tokoh utama justru berjuang untuk mendapatkan kembali orang yang ia cintai tanpa merugikan satu umat.
Satu lagi unsur baru dalam Suzume, yaitu kisah cinta segitiga yang samar, antara Souta, Suzume dan Daijin (sang kucing). Dalam hal ini, Daijin lah yang berkorban untuk membantu Suzume kembali bersatu dengan love interest utamanya, Souta.
Elemen Film Sebelumnya