Mohon tunggu...
kiprah uniga
kiprah uniga Mohon Tunggu... Jurnalis - KIPRAH UNIGA

KOMUNITAS PENA MERAH UNIVERSITAS GAJAYANA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secercah Hidup

28 Oktober 2022   01:46 Diperbarui: 28 Oktober 2022   01:50 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu sudah hebat. Lanjutkanlah perjalanan dan perjuanganmu. Jika kau berhenti, kau tidak akan pernah bisa menemui sesuatu hebat yang sedang menunggumu. Kamu percaya bahwa pelangi bisa muncul setelah hujan badai, kan?" Lanjutnya.

 Pada akhirnya aku tidak bisa menahannya lebih lama. Kubiarkan buliran-buliran air mata membasahi pipiku. Kubiarkan isakan tangisku terdengar di seluruh rooftop.

"Kamu tidak mengerti! Kamu tidak akan mengerti bagaimana rasanya menghadapi semuanya sendirian. Meskipun berulang kali mencoba mencari bantuan, mereka tidak akan benar-benar peduli. Aku tetap menghadapi semuanya sendirian. Aku sudah lelah. Sangat lelah," curhatku.

"Setiap orang memiliki masalahnya masing-masing. Aku, kau, maupun orang lain. Kita semua disibukkan dengan masalah masing-masing. Orang lain hanya bisa membantu sedikit hal karena mereka juga harus mengurus masalahnya sendiri. Satu-satunya orang yang bisa membantumu seutuhnya adalah dirimu sendiri.

Kau hanya belum menemukan penolong yang tepat sehingga kau mengatakan semua orang tidak peduli. Namun, aku yakin akan ada seseorang yang benar-benar peduli padamu. Yang akan siap membantumu pulih. Jangan pernah merasa sendirian! Kau tidak pernah sendiri."

Ucapan pria ini sungguh menenangkan tetapi membuatku semakin terisak. Ia menarik tanganku dan membawaku ke pelukannya.

"Maaf jika memelukmu tiba-tiba. Sebuah pelukan akan membantumu menjadi lebih tenang. Menangislah sepuasnya dalam dekapanku. Habiskan saja air matamu hingga mengering!" Ucapnya.

Benar, aku merasa menjadi lebih tenang. Perasaan ingin mati itu lenyap entah ke mana. Aku masih ingin hidup. Aku masih ingin melihat esok hari. Perjuanganku tak akan berhenti di sini. Aku percaya mengenai pelangi setelah hujan badai. Aku melepaskan pelukanku padanya.

"Terima kasih. Aku sudah lebih tenang sekarang," ucapku.

Ia kembali menarikku ke dalam pelukannya. Kini aku menjadi takut. Takut jika ternyata ia adalah orang jahat. Namun, perkataan berikutnya membuat lebih syok dan diam seribu bahasa.

"Mengenai seseorang yang siap membantumu pulih seutuhnya,  ijinkanlah aku menjadi seseorang itu. Aku Gavin Raharja. Seseorang yang telah mencintaimu dalam diam selama delapan tahun."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun