Tahun 2014 baru saja hadir, tetapi gegap gempita Pemilu & Pilpres seperti sudah tak sabar. Semakin hari, para pihak yang bersaing, bertendensi menjadi terbuka, tidak malu-malu kucing lagi, dan bisa-bisa menjadi kalap. Jokowi sang jawara survey pun menjadi semakin terbuka. Hari Minggu ini, ada dua kejadian menarik seputar Jokowi. Seknas Jokowi secara terbuka, diskenariokan atau tidak, melakukan penekanan psikologis terhadap Megawati melalui gerakan pencalonan Jokowi. Dan Jokowi sendiri pun yang biasanya bisa menahan diri, tiba-tiba hilang kendali. Di salah satu media sosial, Jokowi terang-terangan menuduh para pendahulunya, selama 20-30 tahun tidak becus mengatasi banjir. Dengan kata lain, Jokowi sangat khawatir, masalah banjir dan macet bisa mengacau citranya sebagai capres terkuat versi survey.
Tetapi dikesempatan ini, penulis tidak akan mengulas siapa capres terkuat. Capres yang akan sukses adalah capres yang bisa mendapatkan dukungan cawapres terkuat. Peran cawapres di Pilpres 2014 menjadi sangat krusial. Dari hasil penerawangan kebeberapa sumber seperti sejarah, hasil survey dan juga komunitas orang pintar, penulis mendapat kesimpulan yang menarik. Pemilu Legislatif yang akan datang diprediksi akan mengerucut ke empat jawara. Tiga diantaranya memiliki ikatan emosional yang kental dengan istana yaitu PDIP (Soekarno), Golkar (Soeharto) dan Demokrat (SBY). Ketiga pihak ini tidak bisa digugat, karena sudah merupakan sabda pandito atau keputusan sejarah. Sedangkan jawara keempat adalah Gerindra (Prabowo) yang murni hasil dari sebuah kerja keras dan pengorbanan Prabowo.
Namun demikian, keempat jawara ini pun belum bisa mengusulkan sendiri capres & cawapresnya, karena mereka hanya bisa mengumpulkan suara dikisaran 10%-15% maksimum. Sesuai aturan, mereka perlu suntikan suara antara 10%-5%.
Dalam konteks ini, koalisi akan menjadi sulit sebab ego para capres sangat kuat mengingat perbedaan hasil suara mereka tidak signifikan. Dengan demikian maka satu-satunya solusi adalah membeli suara dari parpol-parpol papan bawah dan gurem. Pembelian suara menjadi opsi favorit karena parpol-parpol papan bawah dan parpol gurem tidak akan banyak cingcong karena sudah dibayar sah dan tunai, ketimbang koalisi yang membikin mumet.
Ditengah sikon seperti ini, peran dana dan media sangat amat diperlukan. Untuk diketahui saja, kebutuhan dana untuk nyapres/nyawapres sekitar Rp. 3 T. Ini adalah kebutuhan riel yang bisa dipertanggung jawabkan secara terbuka yaitu untuk biaya saksi, pelatihan saksi, makan, minum, atribut, iklan, travel dan akomodasi ke seluruh wilayah Indonesia.
Lalu siapakah yang punya media dan dana yang begitu besar? Sejauh ini, nampaknya cuma Hari Tanoe dan Chairul Tanjung. 2 orang inilah yang akan menjadi penentu di Pilpres 2014.
Jadi, siapapun presidennya, wapresnya ya HT atau CT….ehe…ehe…ehe..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H