Bukaannn... Saya tidak kampanye....dan Meski masih berharap Ahok maju Independen, tapi yah...lihat saja nanti...Namun ada beberapa poin yang ingin saya break down satu persatu supaya nanti memilih tidak menyesal. Siapa tahu bisa menginspirasi.Â
Langsung saja ya bro...Â
Pertama, terinsipirasi dari curhat nyokap gue umur 68th pagi ini: "kamu kalo mau jadi PNS sekarang silahkan, Kamu bakalan gak bisa lagi bangun siang siang...molor gak terus terusan..!. Memang hasil kerja dan kepemimpinannya yang keras dan tegas adalah nyata. Pembersihan tidak hanya pada level birokrat dan prosedur bertele tele, tetapi juga lapangan termasuk got, parit dan tempat tempat yang jarang mau disentuh oleh para pejabat bermental bangsawan kesiangan.
Pasukan Kuning adalah kopassusnya, RT RW adalah Pasukan intelejennya, dan Aduan warga adalah titahnya. Dan pengaruhnya melebar samapi ke pemerintah daerah lainnya...semoga saja dia kuat" katanya... Siapa sih yang gak ingin ortunya ngerasa aman nyaman tentram termotivasi begini...hehehe.
Kedua, InfrastrUktur memang berorientasi pada kebutuhan kelas menengah ke atas. Ya wajar saja, namanya juga ibukota. Kelas menengah ke atas yang saya maksud ini bukan soal harta dan model rumahnya lho, jangan tersinggung. Maksud saya adalah etos gaya hidup dan persaingan. Bukan! bukan soal profesionalitas dan kecerdasan, tidak! (perbedaan kelas memang sangat sensitif pengkategoriannnya...mhhh).Â
Etos kerja dan persaingan di Jakarta disini adalah soal Taat Aturan. Taat aturan IMB, taat aturan membuang sampah, taat aturan antri, taat aturan nggak ngetem, taat aturan aturan lain yang mengatur bagaimana hidup berdampingan saling menghormati kebutuhan dan kepentingan antar sesama. Permasalahan warga Ibukota sudah bukan lagi soal "survival" sekitar "tidak punya uang", "tidak bisa makan" dan "tak punya tempat tinggal".
Persoalan Jakarta yang penduduknya rata rata ber HP 2 dan bermotor sejak usia dini ini adalah kurangnya tempat berkreatifitas bagi anak mudanya, fasilitas lansia dan keluarga, rumah sakit dan jalan yang gak macet, bebas warung dan parkir liar, fasum fasos, yaa kebutuhan dan kepentingan sekunder lainnya setelah kebutuhan primer terpenuhi lah. Ya namanya juga Ibukota! Jadi mereka yang memang tidak sanggup memenuhi kebutuhan primernya di Jakarta akan tergilas dengan kepentingan utama Ibukota yaitu bergaya hidup tegakkan aturan demi ketertiban dan kelayakan bermasyarakat. Logis ya...
Ketiga, Yang ini agak rasis. Maaf saja, Jakarta ini dipenuhi oleh orang bermacam budaya dan latar belakang. untuk memimpin mereka, dibutuhkan pemimpin yang tidak mudah terjebak pada tetek bengek bias bias gaya dialek, bahasa, komunikasi dan interpretasi akibat perbedaan tersebut. Gaya bahasa dan kriteria sopan santun itu sangat beragam di Indonesia. Blak blakan ala Batak bisa tidak sopan di jawa tapi pekewuh di jawa bisa dinggap nggak jujur dan berkhianat di papua (gitu kira kira).
Ahok (yang dituduh cina) yang menurut saya sudah bukan 100% cina, ato belitung? hmm 50%, Jawa? 10% sebagai proses adaptasi dengan Jokowi mungkin, Batak? mungkin 110% dari sudut blak blakannya...?? Yah well sangat prejudis bukan? TIdak cukup rasional dan signifikan untuk dipertimbangkan menjadi acuan kuatnya kepemimpinan ketika warga yang dipimpinnya sangat majemuk standar tata kramanya. But One thing, Ahok sudah menjadi dirinya sendiri. He is A mix of the best races in the whole nation, "cina dan padang" man! (baca: belitung) yang notabene jika ada pedagang turunan ras ini sudah pasti akan menjadi saingan terberat para pedangang di tanah abang. coba kalo berani survey hayo...
Keempat:Â Ini point khusus dan sensitif karena menyangkut nama besar Bu Risma dan memang beliaulah yang memang menjadi pilihan berat bagi saya jika Pak Ahok sudah tak lagi "memuaskan". Sudutnya dari berita pagi ini yang berisi reaksi Bu risma atas adu domba media dengan ahok.. Saya tidak masalah dengan pemimpin reaktif macam begini. Sudah biasa dengan ahok yang juga ceplas ceplos dan reaktif. Tapi gak perlulah dibawa bawa itu massa surabaya. "Menyakiti hati rakyat surabaya" itu sudah cenderung "provokasi" halus berlevel "massa".
Pemimpin sebagus bu Risma saja masih bisa level "keroyokan" (Maaf bu...ini metafor saja, saya belum bisa nemu kata lain yang senada) Baru diadu sama media langsung yang dijadikan tameng adalah "rakyat surabaya". "Hati rakyat surabaya. Menyakiti hati rakyat surabaya" Buat saya terdengar seperti Bung Tomo dalam orasinya di pertempuran Surabaya th45! "Are we in an actual war or what??" dalam benak saya. Apakah untuk kedepannya ketika seseorang terselip bicara dengan partai pengusung anda, berkonflik dengan gaya kepemimpinan anda, lantas akan disangkutkan dg hati "warga" demi pembelaan? anggota partai anda, organisasi anda? Jangan salah, saya membuat tulisan ini tidak mengurangi rasa hormat dan kagum saya kepada bu Risma.