Barterkan mereka dengan pembangunan ratusan rumah sakit, di desa desa, dikota kota, penyediaan alat alat kedokteran, pendidikan dan penelitian kedokteran untuk para anak muda Indonesia untuk berkarya dan siap 'merawat' masa depan, jika memang serius ingin 'menyelamatkan nyawa, saya pikir Australia tak akan sulit untuk menerima.
Hati hati memaknai kalimat diatas. Mohon jangan dipelintirkan. Saya tidak menyarankan menerima 'suap' demi terjualnya 'harga diri bangsa'. Opini tersebut tidak relevan. Kita bukan masyarakat yang menganut 'honor killing' (bisa di google apa itu Honor killing) sebagai kultur peradaban kita. Negosiasi dan diplomasi bukan suatu hal yang memalukan. Justru ini merupakan cara yang telah disepakai dunia paling beradab dan diterima demi kemanusiaan. Menunjukkan bahwa Indonesia tidak main main pada penyelamatan generasi.
Sekedar sumbang opini, PM Abbot bukan orang Indonesia. Dia tidak mengenal idiom 'Jika tangan kanan memberi, tangan kiri tak boleh tahu'. Itu wejangan orang timur. Sah sah saja jika kita tersinggung, tapi jangan sampai mengaburkan esensi hinggameninggikan emosi dan menghasilkan keputusan yang grasa grusu.
Yang ia tahu adalah 'take and give'. Menerima dan memberi mempunyai derajat yang sama, tanpa ada tedeng aling aling, ikhlas atau tidak. Jika ada 'budi', maka wajib 'dibalas'. Paling tidak ini gambaran kasar saya mengenai kultur 'balas budi' antara barat dan timur. Wallahualam.
P.S
Kepada Pak Jokowi, maaf saya masih sangat kecewa terhadap Bapak, maka dari itu saya menyindir Bapak terus terusan di tulisan saya. Karena banyak hal termasuk sikap Bapak terhadap kpk vs polri. Definisi ketegasan Bapak sangat tidak masuk diakal saya. Mungkin saya yang bodoh jadi mohon tulisan saya tidak menyinggung Bapak. Semoga saya tidak menjadi 'tersangka' berikutnya. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H