Mohon tunggu...
Kintan Aghna khaira
Kintan Aghna khaira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya seorang Mahasiswi Prodi Ilmu Politik di Universitas Jambi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nikel: Korea Investment dan Indonesia Securities

11 Desember 2022   18:18 Diperbarui: 11 Desember 2022   18:31 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Opini: Akhir- akhir ini Pemerintan sangat mendorong penggunaan kendaraan listrik ( electricvehicles)  di tanah air. Tentu bukan tanpa sebab kenapa pemerintah mengkampanyekan hal tersebut.

Sempatkah terpikir dalam benak Anda, alasan pemerintah ngebut dalam penggunaan kendaraan ini?
 
Kamis (28/07/2022) Presiden Indonesia Joko Widodo melakukan pertemuan bilateral bersama Presdien Korea Selatan Yoon Suk-yeol di kantor kepresiden Seoul, korea selatan.
 
Dalam pertemuan ini, presiden Korea selatan Yoon Suk-yeol menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan mineral salah satunya nikel, nikel sendiri salah satu elemen penting dalam industri teknologi tinggi di korea selatan.
 
Indonesia dan korea selatan membahas terkait kerjasama yang dilakukan di bidang ekonomi. Presiden jokowi menilai dengan adanya kerjasama dengan percepatan teknologi antara Indonesia dan korea selatan di nilai nantinya akan membantu mempercepat pengembangan produksi nikel ini sendiri.
 
"Saya dan Jokowi sepakat memperkokoh solidaritas yang strategis di bidang industri teknologi mutakhir, seperti kendaraan listrik dan baterai dengan menstabilkan rantai pasok dan critical minerals dan memperkuat kerja sama ketahanan ekonomi antara kedua negara," Tegas Yoon suk-yeol
 
Indonesia merupakan negara dengan potensi nikel terbesar pertama, sebanyak 21 juta ton nikel dan produksi nikel indonesia telah mewakili 30% pasokan global sepanjang tahun 2021.  
 
Melihat tingginya pasokan nikel, mendorong terbentuknya kerjasama bilateral antar indonesia dan Korea Selatan.   Korea selatan, sebagai investor dalam pengembangan dan pengolahan nikel di indonesia di karenakan nikel merupakan elemen pokok dalam bidang industri korea selatan, Menjadi komponen penting dalam produksi baterai kendaraan listrik, nikel menjadi pendorong adanya perubahan dalam pemanfaatan teknologi.  
 
Melihat hal ini, tentu menjadi sesuatu peluang yang sangat bagus bagi indonesia sebagai negara yang bukan hanya mengekspor bahan mentah saja namun mampu mengolah nikel sebagai bahan jadi.  
 
Dalam merespon kesempatan ini Indonesia mengeluarkan larangan ekspor biji nikel, Tindakan Indonesia menghentikan ekspor nikel di lakukan untuk menjaga kestabilan dan tata kelola produksi nikel di indonesia melalui peraturan ESDM, namun rencana ini di halangi oleh WTO ( Word Trade Organization ) atas gugatan larangan ekspor nikel, kebijakan pemerintah di Indonesia dia nggap bertentangan dengan aturan WTO, tak hanya diam pemerintah Indonesia mengajukan banding atas gugatan yang di berikan terkait larangan ekspor nikel tersebut.
 
Indonesia sebagai pemasok nikel terbesar dan korea selatan adalah negara yang membutuhkan nikel Indonesia menyebabkan terjalinnya kerjsama antara kedua negara ini.
 
Kita berharap dengan adanya kerjasama ini nantinya akan memacu percepatan pertumbuhan ekonomi kedua negara terutama indonesia, melihat keseriusan pemerintah dalam pemanfaatan Nikel ini merupakan sesuatu yang patut di apresiasi.
 
 
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun