Di Indonesia, gadget sudah bukan lagi hal yang langka. Statistik oleh Statista menunjukkan bahwa pengguna gadget di Indonesia mencapai 63,3% pada tahun 2019. Bahkan, diperkirakan bahwa statistik ini akan terus meningkat hingga mencapai 89,2% di tahun 2025 nanti. Di masa sekarang, gadget hampir selalu dimanfaatkan untuk keperluan manusia sehari-hari, salah satunya adalah sebagai sarana pembelajaran. Sudah tidak asing lagi bagi pengguna gadget untuk menggali informasi melalui gadget, entah itu melalui portal berita online, media sosial, atau mendapat informasi lewat buku online atau yang biasa disebut dengan e-book. Hal ini patut diberi atensi oleh kita semua, karena gaya hidup ini berpotensi menggeser eksistensi buku yang dicetak dengan kertas.
Pergeseran tren dari buku cetak konvensional ke buku digital (selanjutnya akan kita sbeut e-book) sudah menjadi pembicaraan sejak beberapa waktu lalu. Menurut pengamatan saya, masing-masing jenis mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. E-book digandrungi karena dinilai lebih praktis dibanding buku cetak konvensional . Â Tidak seperti buku cetak konvensional, e-book tersimpan dalam gadget pembaca. E-book dapat dibawa kemana-mana dan resiko tertinggal lebih kecil dibanding buku cetak. Â Jika dilihat dari sisi produksi pun, e-book jelas lebih ramah lingkungan karena tidak memakan banyak kertas. Â Bayangkan saja, diperkirakan untuk membuat satu rim kertas (setara 100 lembar), dibutuhkan satu batang pohon dewasa yang minimal usianya lima tahun. Â Jika satu rim kertas dapat membuat satu buku, bayangkan berapa pohon yang harus ditebang untuk memproduksi satu jenis buku. Â Selain itu, limbah yang dihasilkan buku-buku cetak yang tidak terpakai juga sangat berpengaruh terhadap lingkungan.
Di lain sisi, buku cetak konvensional juga memiliki beberapa alasan untuk tetap dipertahankan. Â Terlalu banyak menatap layar gadget menyebabkan dapat menimbulkan dampak negatif bagi tubuh. Â Durasi normal seseorang menatap layar gadget adalah kurang lebih satu jam. Â Jika terlalu lama, cenderung membuatmu terlalu banyak menengok ke bawah. Kebiasaan ini lama-kelamaan dapat menyebabkan ketegangan pada otot-otot leher, sehingga leher terasa kaku dan sakit. Â Berdasarkan penelitian mengenai dampak mata lelah yang disebabkan oleh penggunaan smartphone pada fungsi keseimbangan orang dewasa, ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada kestabilan postural dinamis, batas kestabilan statik dan dinamik, dan batas kestabilan statik dan dinamik waktu berjalan setelah induksi mata lelah. Â Alasan lainnya adalah: buku cetak konvensional dapat dipinjamkan dan didonasikan. Â Alasan ini saya rasa menjadi alasan yang sifatnya personal, karena sudah sejak lama buku biasa dipinjamkan dari pemilik ke orang lain, atau bisa jadi didonasikan untuk orang lain yang membutuhkan.
Pemaparan di atas adalah polemik yang sudah menjadi bahasan sejak beberapa waktu lalu. Masih banyak keunggulan dan kekurangan dari kedua jenis buku jika kita ingin mendalaminya lebih lanjut. Buku merupakan hal penting bagi umat manusia, maka polemik ini perlu ditanggapi secara serius demi masa depan yang tetap menjunjung tinggi ilmu pengetahuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H