Setelah sampai restoran dan dihidangkan, banyak juga ditemukan makanan yang tidak dihabiskan alias terbuang menjadi limbah makanan semata. Warung jajanan juga banyak menghasilkan limbah plastik sekali pakai, begitu juga bisnis travel yang menghasilkan limbah bahan bakar fosil sekali pakai.
Dari sisi pemerintah. Oke, niatnya sih mempromosikan Indonesia dan menjunjung tinggi kesejahteraan warganya melalui pemberdayaan masyarakat dengan mengangkat sektor pariwisata.Â
Pemerintah dihadapkan dua masalah besar, pertama pemerintah harus menjaga lingkungan hidup agar tetap layak ditinggali, namun juga harus memajukan perekonomian warganya. Infrastruktur berlebihan dibangun, seperti akses lokasi dan jalan yang banyak memakan energi dan menghasilkan limbah kotor seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Promosi yang sangat gencar juga memacu pertambahan pengunjung dan tingginya peluang alam Lawu menjadi tidak alami lagi.
Dari pemaparan kasus-kasus antara konsumen, pengusaha, dan pemerintah, mereka menginginkan alam lereng Lawu (dalam hal ini Tawangmangu) agar tetap asri dan alami. Mereka menginginkan itu agar tetap dapat diambil manfaatnya untuk wisata, menghasilkan uang, dan mensejahterakan warga. Tetapi, upaya-upaya yang dilakukan justru diam-diam dan secara laten malah bisa merusak alam itu sendiri.Â
Ketika kita sadar Lereng Lawu semakin panas, mungkin karena faktor lain yang terkait dengan pemanasan global, pemangku kepentingan malah menambah jumlah vila diatasnya, karena secara logika, semakin keatas gunung maka semakin dingin. Vila dibawah apakah dihancurkan dan diganti dengan hutan lagi? Tidak, beberapa malah tetap mempertahankannya dengan menambah jumlah AC di ruangan.
Mengunjungi tempat wisata alam hanya akan menimbulkan masalah baru, karena kecintaan kita terhadap alam hanya sebatas kata-kata saja, dan justru langkah kita mengeluarkan biaya demi mendatangi wisata alam hanya akan merusak lingkungan. Niatnya sih ingin mencintai alam dengan cara mendatanginya bersama kerabat, mempromosikan, dan membangun fasilitas, tapi dibalik itu semua malah merusak alam itu sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H