Berawal dari obrolan di grup menulis yang aku ikuti, salah satunya menyinggung tentang buku Sukreni Gadis Bali. Kebetulan, aku pernah juga memakai novel itu menjadi bagian dari salah satu novel yang aku tulis, tapi aku belum baca. Lha kok dipakai buat nulis!
Maaf, aku mengambil review novel tersebut dari orang lain . Males ya... Begitulah! Akhirnya setelah selesai membaca Sengsara Membawa Nikmat, aku bertekad membaca buku itu.
Aku kok merasa aneh ya? Judulnya Sukreni tapi menurutku dia bukan tokoh utama yang terus diceritakan kisahnya dari awal sampai akhir. Iya, benar tapi cerita itu menjadi menarik berkat dia. Dialah sumber masalah dalam cerita.
Kecantikannya menggoda banyak laki-laki, tetapi membangkitkan kecemburuan dan pikiran jahat perempuan lain, hingga niat jahat bertumbuh subur dalam sekejap.
Kehamilannya sebuah aib, sampai terbuang dari akar kehidupannya. Kelahiran puteranya bukan surga baginya, melainkan siksaan batin akibat ulah bocah laki-laki itu sampai dewasanya.
Ada banyak pelajaran hidup yang dapat diambil dari buku ini.
Tentang menjaga hati dari keinginan daging, baik berupa harta benda, kedudukan dan paras cantik. Cukupkan apa yang ada padamu, demikian pesan untuk diri sendiri agar tidakneko-neko.
Tentang kesetiaan dan menjaga hati dari godaan lawan jenis. Kenapa sih, banyak orang gampang banget nggak setia dengan pasangan? Â Dan tema perselingkuhan rasanya menjadi booming sekarang ini.
Tentang menanamkan bekal karakter positif pada anak, agar kelak dewasa nanti mereka mempunyai pandangan positif dalam hidup. Nggak mudah tergoda dengan rupa-rupa tawaran dunia yang memabukkan.
Tentang memegang dan menjalankan ajaran keyakinan akan kebesaran Tuhan, agar langkah kita tidak mudah digoyahkan.
Tentang keterbukaan dan kasih sayang dalam keluarga, yang akan menjadi pondasi kuat buat pertumbuhan anak dan keharmonisan keluarga.