Mohon tunggu...
Izzuddin Muhammad
Izzuddin Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - hamba Allah

penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semalam di Bawah Doktrin Ustad YM

8 Oktober 2016   15:23 Diperbarui: 8 Oktober 2016   17:10 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semalam bertempat di masjid UIN Sunan Kalijaga saya menghadiri tausyiah Muharram yang disampaikan oleh ustad Yusuf Mansyur. Meski hujan mengguyur semangat jama’ah tak surut untuk menghadiri majelis ustad yang getol mengkampanyekan sedekah itu. Walaupun datang terlambat, Alhamdulillah saya mendapat posisi yang lumayan dekat dari panggung utama. Maklum nerobos. Haha.

Sembari menanti kedatangan ustad Yusuf Mansyur, kami deres(baca) al-Qur’an berjama’ah, tepatnya surat al-Mulk dipimpin oleh salah seorang takmir masjid UIN SUKA yang pada MTQN di Lombok beberapa bulan lalu meraih juara 1 tingkat nasional. Lantunan al-Mulk menggema di telinga, dan insya Allah, di hati para jama’ah.

Dalam tausyiahnya ustad Yusuf Mansyur menegaskan bahwa hari ini kita tidak cukup dengan satu kompetisi. Kita butuh multi-kompetisi, multi-talent, untuk menjadi orang di atas rata-rata. Dan Anda pasti bisa menebak, ujung-ujungnya Ustad YM pun melakukan persuasi terhadap jama’ah agar bersedekah. Apakah ada yang salah ? ya ndak lah, daripada ngajakin gandain uang ke Kanjeng Anu mending ngajakin yang baik-baik to ?

Tentu ada upaya yang harus ditempuh untuk menambah atau meningkatkan kompetisi. Istilah beliau “ada harga” yang harus dibayar. Entah dibayar dengan waktu, harta, hingga nafsu. Nah, berhubung sebagai umat Islam kita punya al-Qur’an, yang notabene tidak hanya untuk di-deressaja akan tetapi ditadabburi serta diamalkan, mencari ayat yang menjelaskan tentang peningkatan kompetisi ini sangat mungkin dilakukan.

Beliau menafsirkan “Wallahu wasi’un ‘aliim” (mohon maaf, laptop saya belum bisa nulis Arab) sebagai sifat Allah untuk meluaskan kemampuan hamba-hamba-Nya. Sebagai mahasiswa yang mempelajari bahasa Onta, saya tahu kedua kata di atas merupakan bentuk isim fa’il, bedanya yang pertama bentuk isim fa’il mainstream dan yang kedua bentuk mubalagah isim fa’il. Maknanya pun berbeda, kalau isim fail biasa artinya ya biasa-biasa saja, tapi kalau mubalagah isim fa’il itu maknanya lebih kuat, mendalam, dan teramat sangat.

Dan ini salah satu sisi menariknya al-Qur’an, ia kerap menyandingkan asmaul husna yang satu dengan yang lain. Misalnya kalimat “Wallahu wasi’un ‘aliim” terdapat di 7 tempat dalam al-Qur’an. Tentu bagi kaum yang berpikir hal ini patut untuk ditadabburi dan disibak rahasianya.

Oke, kembali ke pembahasan, adapun arti utuh penggalan ayat di atas adalah Allah yang Maha Meluaskan dan Maha Mengetahui. Seandainya kata waasi’disitu menggunakan bentuk mubalagah isim failnya (wasii’) niscaya tafsirnya bisa menjadi Allah senantiasa meluaskan kompetensi hamba-hamba-Nya, tak peduli apakah hamba itu berusaha atau tidak. Tentu hal ini akan bertolak belakang dengan nama Allah yang lain, al-A’dil, Yang Maha Adil. Nah, hadirin, dari perspektif gramatika bahasa saja kita mengetahui hikmah penggunaan isim fail mainstream dalam konteks ini. (Yang belajar bahasa Arab pasti paham kok)

Sedangkan ‘aliim(Maha Mengetahui) diungkapkan dalam bentuk mubalagah isim fa’il. Artinya, Allah itu tahu banget kompetensi seperti apa, seluas apa, dan sekeren apa yang pantas untuk hamba-hamba-Nya. Allah ndak Cuma tahu, tapi Tahu Bingits.

Dari 7 tempat kalimat “Wallahu wa’siun ‘aliim” itu, ustad Yusuf Mansyur membeberkan 3 diantaranya (saya mohon permakluman hanya mencantumkan terjemahnya saja), yaitu :

An-Nur ayat 32

“Dan nikahilahorang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun