Mohon tunggu...
Izzuddin Muhammad
Izzuddin Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - hamba Allah

penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Politik

Beberapa Alasan AHY Tidak Datang Debat

17 Desember 2016   09:46 Diperbarui: 17 Desember 2016   10:03 1758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak terasa langkah kita telah sampai di penghujung 2016. Rasanya baru kemarin pesta kembang api menyinari langit kota, tiupan terompet di mana-mana, pun nyinyiran yang mengecam dua produk budaya tersebut menggema. Sebentar lagi beranda sosmed kita pasti dipenuhi oleh perdebatan yang “itu lagi itu lagi”. Mengucapkan selamat natal haram, merayakan tahun baru dilarang, dan meniup terompet itu perbuatan tercela. Kan kasihan bapak-bapak yang mencari rezeki dengan terompet sederhana yang mereka jual jika semua orang terpengaruh dengan nyinyiran semacam itu.

2017 sebentar lagi tiba. Mari tutup 2016 dengan penuh senyuman akan kenangan tak terlupakan dan sambut 2017 dengan semangat dan antusias. Paling tidak ini yang dirasakan insan media dan insan politik. Februari mendatang pilkada serentak akan berlangsung tak terkecuali di ibu kota kita tercinta, DKI Jakarta. Atmosfer politik Jakarta yang tercipta (atau diciptakan) menjadi magnet yang menarik tak hanya untuk warga ibu kota saja, tapi seluruh Indonesia. Banyak sekali pihak yang berkecimpung dan bermain peran di sana. Dinamika mengemuka menjadi tontonan lebih mengasyikkan dari pada sinetron anak jalanan.

Tapi sebentar dulu, apakah Anda sudah menentukan pilihan? Kalau belum tentukanlah dari sekarang. Jangan sampai golput. Sungguh andai si Golput bisa bernyanyi ia pasti bersenandung laiknya Iwan Fals “Aku bukan pilihan”.

Bagi Anda yang masih bingung tak ada salahnya untuk lihat-lihat dulu semua pasangan calon yang menawarkan diri dan menjajakan visi misi mereka untuk Jakarta lebih baik. Anda bisa searchvisi misi mereka di Google atau menyaksikan debat demi debat yang diselenggarakan oleh stasiun TV swasta nasional ataupun yang nanti resmi diselenggarakan KPU. Eh, sebentar. Nomor urut 1 nggakpernah datang debat ding.Kira-kira kenapa ya?

Berikut beberapa kemungkinan mengapa mas AHY yang ganteng dan pasangannya itu belum mau datang ke acara debat.

AHY : “Saya bersama rakyat”

Sewaktu debat berlangsung AHY lebih memilih blusukan dan bertemu dengan calon pemilihnya. Bagi saya hal ini mengindikasikan dua hal ; a) AHY sadar ia belum berada di zona aman untuk menang makanya terus blusukan dengan intens, b) Rakyat lebih penting dari perdebatan di stasiun TV.

Indikasi pertama saya rasa cukup masuk akal, tapi indikasi kedua justru saya pikir blunder bagi AHY. Lah kok gitu? Sudah sepantasnya dan sewajarnya AHY berkaca pada bapaknya, SBY, dalam berpolitik. 2004 dan 2009 lalu saat mencalonkan diri sebagai calon pemimpin negeri ini SBY datang kok ke arena perdebatan dengan gagah berani dan berwibawa. Apakah yang dilakukan SBY itu menandakan bahwa SBY lebih mementingkan debat di stasiun TV daripada rakyat? Tentu beliau akan marah sampai lebaran kuda dengan statementsemacam ini.

Menguatkan citra islam

Ini adalah asumsi pribadi. Jika mengkomparasikan ketiga kandidat dari segmen pemilih yang menentukan pilihan beradasarkan agama tentu mas AHY yang paling aman. Kandidat nomor urut 2, koh Ahok, kita tahu sendiri kasus yang membelit beliau seperti apa. Bahkan gara-gara koh Ahok umat Islam sampai menyemut di Jakarta dalam Aksi Damai 212 beberapa waktu lalu. Kandidat nomor urut 3, mas Anies, beliau memang muslim namun beberapa waktu lalu isu yang menyatakan bahwa beliau orang syi’ah sempat menghangat kembali.

Nah, dalam pandangan sebagian kawan-kawan muslim debat adalah pekerjaan yang tidak baik. Meski muslim yang mengatakan demikian justru meng-elu-elukan Zakir Naik yang notabene seorang debater juga. Mas AHY sepertinya hendak mencuri hati dan pandangan orang-orang Islam yang berpikiran seperti itu. Makanya beliau nggakdatang debat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun